Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia (LSP2I) menyatakan peran koperasi dalam penyaluran dana desa tersingkir oleh BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Padahal keberadaan BUMDes justru akan memunculkan raja-raja kecil di daerah.
“Program dana desa yang dilaksanakan oleh Pemerintahan Jokowi-JK ini tak satupun mengalir ke koperasi di pedesaan. Kebanyakan justru mengalir ke BUMDes,” kata Direktur Eksekutif LSP2I Ermawan saat diwawancarai Suara.com di Jakarta, Jumat (20/5/2016).
Keberadaan BUMDes didesa-desa, menurutnya adalah sesuatu yang salah dalam struktur perekonomian Indonesia. Keberadaan BUMDes akan menciptakan raja-raja kecil di pedesaan. “Keberadaan BUMDes jelas mematikan fungsi kontrol sosial dari masyarakat yang hidup di wilayah pedesaan,” ujar Ermawan.
LSP2I melihat saat ini justru terjadi pembiaran sistemik terhadap keberadan koperasi. Ia bahkan mengaku bingung letak kesalahan pengelolaan koperasi berpangkal dari Kementerian Koperasi dan UKM ataukah pada kurangnya keberpihakan Presiden Joko Widodo. “Karena faktanya di Kemenkop UKM sekalipun, banyak koperasi-koperasi yang tidak kredibel bernaung,” tutup Ermawan.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, dalam dokumen Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016, dana desa yang dialokasikan pemerintah pada tahun ini mencapai Rp47,0 triliun. Jumlah tersebut merupakan 6 persen dari alokaso dana transfer ke daerah pada tahun ini yang mencapai Rp770,2 triliun.
Tujuan dana desa adalah membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa yang dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan geografis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa.
Alokasi dana desa pada tahun ini mengalami kenaikan cukup besar dari yang hanya Rp20,8 triliun triliun pada 2015 menjadi Rp47 triliun pada tahun 2016. Jokowi juga menjanjikan bahwa kenaikan jumlah dana desa akan terus naik di tahun depannya, bahkan bisa sampai ke angka Rp80 triliun. Menurutnya, hal itu memang diperlukan agar peredaran uang di desa semakin banyak.
Berita Terkait
-
Tito Karnavian: Rp210 T untuk Hidupkan Ekonomi Desa Lewat Kopdeskel Merah Putih
-
Dana Masyarakat: Antara Transparansi Pemerintah dan Tanggung Jawab Warga
-
Koperasi dan UMKM Jadi Prioritas Kelola Tambang, Pemerintah Dorong Pemerataan Ekonomi
-
60 Koperasi Merah Putih Terima Dana Rp6 Miliar, Menkop Ferry Ingatkan Soal Kejujuran
-
Dasco dan Mensesneg Sambangi Rosan Roeslani di Danantara, Ini yang Dibahas
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
-
Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru
-
Geger Fraud Rp30 Miliar di Maybank Hingga Nasabah Meninggal Dunia, OJK: Kejadian Serius!
-
Laba PT Timah Anjlok 33 Persen di Kuartal III 2025
-
Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
-
Didesak Pensiun, Ini Daftar 20 PLTU Paling Berbahaya di Indonesia
-
IHSG Berakhir Merosot Dipicu Aksi Jual Bersih Asing
-
Riset: Penundaan Suntik Mati PLTU Justru Bahayakan 156 Ribu Jiwa dan Rugikan Negara Rp 1,822 T