Bank Indonesia (BI) memprediksi ekonomi global diperkirakan tumbuh lebih lambat sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasca-referendum keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit). Pertumbuhan ekonomi global berisiko lebih rendah dari proyeksi semula, sebagai akibat dari keputusan Brexit yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi negara maju dan beberapa negara berkembang yang memiliki hubungan yang kuat dengan Inggris dan Uni Eropa.
"Selain berdampak pada ekonomi Inggris dan Uni Eropa, pertumbuhan ekonomi Cina dan India, yang memiliki pangsa ekspor cukup besar ke kawasan tersebut, diperkirakan dapat tumbuh lebih rendah dari proyeksi sebelumnya," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam keterangan resmi, Kamis (21/7/2016).
Di sisi lain, di tengah pertumbuhan ekonomi AS yang membaik, dampak Brexit pada penguatan dolar AS diperkirakan mengurangi peluang kenaikan Fed Fund Rate (FFR), sehingga FFR diperkirakan hanya meningkat satu kali di akhir tahun 2016. Di pasar komoditas, harga minyak dunia bergerak naik akibat penurunan produksi AS dan gangguan pasokan di beberapa negara. Ke depan, harga minyak diperkirakan masih berada pada level yang relatif rendah seiring permintaan yang masih lemah. "Sementara itu, harga beberapa komoditas ekspor Indonesia membaik, khususnya batubara dan CPO," ujar Tirta.
Adapun pertumbuhan ekonomi domestik pada triwulan II 2016 diperkirakan akan membaik walaupun masih terbatas. Konsumsi rumah tangga membaik, tercermin dari penjualan eceran yang tumbuh positif menjelang Hari Raya Idul Fitri dan penjualan mobil yang meningkat. Sementara itu, pertumbuhan investasi, khususnya nonbangunan, belum menunjukkan perbaikan yang signifikan di tengah tingginya belanja modal dan barang pemerintah.
Dari sisi eksternal, ekspor diperkirakan masih lemah, meskipun beberapa komoditas mulai mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan-triwulan mendatang diperkirakan akan terus membaik. Hal ini didukung oleh pelonggaran moneter dan makroprudensial, serta penguatan stimulus fiskal yang sejalan dengan implementasi UU Pengampunan Pajak, serta tetap tingginya belanja pemerintah.
"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan 2016 diperkirakan berada pada kisaran 5,0-5,4 persen (yoy)," tutup Tirta.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pengamat Bicara Nasib ASN Jika Kementerian BUMN Dibubarkan
-
Tak Hanya Sumber Listrik Hijau, Energi Panas Bumi Juga Bisa untuk Ketahanan Pangan
-
Jadi Harta Karun Energi RI, FUTR Kebut Proyek Panas Bumi di Baturaden
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
CORE Indonesia Lontarkan Kritik Pedas, Kebijakan Injeksi Rp200 T Purbaya Hanya Untungkan Orang Kaya
-
Cara Over Kredit Cicilan Rumah Bank BTN, Apa Saja Ketentuannya?
-
Kolaborasi dengan Pertamina, Pengamat: Solusi Negara Kendalikan Kuota BBM
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
Daftar Nama Menteri BUMN dari Masa ke Masa: Erick Thohir Geser Jadi Menpora
-
Stok BBM di SPBU Swasta Langka, Pakar: Jangan Tambah Kuota Impor, Rupiah Bisa Tertekan