Komisi VI DPR-RI menargetkan revisi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN akan rampung sebelum akhir 2016 kemudian disahkan melalui Sidang Paripurna pada awal 2017.
"Revisi UU BUMN sedang dalam proses penyelesaian. Diharapkan segera rampung dan tidak ada benturan kepentingan dalam pelaksanaan perubahannya," kata Wakil Ketua Komisi VI DPR Azam Azman Nataprawira di sela seminar "Sinergi BUMN : Realisasi Pembentukan Holding", di Jakarta, Kamis (11/8/2016).
Menurut Azam, secara keseluruhan banyak hal yang substansial yang menjadi dasar revisi UU BUMN tersebut, mulai dari definisi BUMN, aset BUMN yang dipisahkan, pembentukan anak usaha, pembentukan holding, pengelolaan korporasi.
"Pengaturan anak perusahaan BUMN yang sebelumnya dianggap bukan sebagai perusahaan milik negara, nantinya statusnya tetap menjadi BUMN namun milik perusahaan induk," ujarnya.
Dalam hal pengembangan bisnis melalui program sinergi, peleburan, penggabungan, pengambilalihan sebaiknya dilakukan antar BUMN yang memiliki sektor usaha sama.
Ia menambahkan, hal lain yang juga krusial dalam revisi UU BUMN tersebut terkait dengan penempatan direksi dna komisaris BUMN yang harus disesuaikan dengan kompetensi yang bersangkutan.
"Penempatan direksi dan komisaris akan menentukan keberhasilan tata kelola perusahaan. Karena itu harus mengedepankan azas profesionalisme agar mampu memberikan kontribusi besar terhadap bisnis perseroan," tegas Azam.
Ia mengakui, selama ini seakan terjadi fenomena menempatkan seseorang yang salah dalam sebuah perisahaan, sehingga menimbulkan benturan kepentingan dalam pengelolaan perusahaan.
Azam juga menambahkan, dari sisi kinerja dan daya saing BUMN juga harus digenjot sehingga tidak lagi "jago kandang".
"Sudah saatnya BUMN lebih efisien, sehat secara keuangan sehingga mampu bersaing dalam melakukan ekspansi ke pasar global," ujarnya.
Dengan begitu tambah Azam, pendirian BUMN itu sendiri sesuai dengan semangat pemerintah bahwa perusahaan milik negara harus menjadi penopang pertumbuhan ekonomi, agen pembangunan dan soko guru perekonomian bangsa.
"Prinsip dasarnya tentu UUD 1945, dimana BUMN itu mengelola sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dan sektor-sektor strategis lainnya demi kepentingan bangsa," ujarnya. (Antara)
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
LPDB Koperasi Akselerasi Penyelesaian Dana Bergulir di Provinsi Bali
-
Dongkrak Produksi Minyak di Papua, SKK Migas dan Petrogas Mulai Injeksi Kimia di Lapangan Walio
-
Menperin Minta Insentif Otomotif ke Menkeu
-
Barcelona dan BRI Kolaborasi, Bayar Cicilan di BRImo Bisa Ketemu Lamine Yamal
-
IHSG Menutup 2025 di Level Tertinggi, OJK Buka Rahasia Pasar Modal RI yang Solid
-
Catatan Akhir Tahun, Aktivitas Industri Manufaktur RI Melambat
-
Cicilan HP ShopeePayLater vs Kredivo, Mana yang Lebih Murah
-
Pemerintah Tegaskan Impor Daging Sapi untuk Industri Bukan Kosumsi Masyarakat
-
Catatan Akhir Tahun: Waspada Efek 'Involusi' China dan Banjir Barang Murah di Pasar ASEAN
-
Pencabutan Insentif Mobil Listrik Perlu Kajian Matang di Tengah Gejolak Harga Minyak