Indonesia, Republik Rakyat Cina (RRC) dan India adalah negara yang dalam istilah kapitalismenya adalah negara-negara dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia. Selama ini laju pertumbuhan ekonomi dunia didominasi oleh Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Beberapa negara di Eropa dan AS sendiri saat ini (sejak tahun 2007) mengalami krisis dan perlambatan ekonomi disebabkan oleh pengelolaan keuangan yang salah arah dan cenderung boros (out of control) di dalam pasar bursa. Tekanan ekonomi yang sangat berat diperparah oleh turunnya harga minyak dunia yang selama ini menjadi sumber penerimaan bagi sebagian besar negara yang terlibat dalam kegiatan ini.
"Melihat prospek negara-negara di Eropa dan juga AS tidak cukup menjanjikan 5 sampai dengan 10 tahun mendatang, maka negara-negara yang selama ini dikenal sebagai pemain utama bisnis minyak dunia mulai mengalihkan potensi keuangan yang ada pada negara-negara yang lebih menjanjikan peluang untuk menanamkan investasinya," kata Defiyan Cori, Ekonom Konstitusi, saat dihubungi Suara.com, di Jakarta, Rabu (1/3/2017).
Atas dasar kondisi ekonomi dunia yang saat ini terjadilah, maka negara RRC dan India mulai melirik negara tujuan baru investasi bisnisnya dalam bentuk kerjasama ekonomi Business to Business atau Government to Government di beberapa sektor. "Dalam kerangka inilah harusnya Pemerintah memandang kunjungan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz bin Saud ke Indonesia," ujar Defiyan.
Hubungan persaudaraan sesama negara Muslim adalah sesuatu yang penting untuk menjadi modal penguat dan membangun saling percaya antar kedua negara dan ini adalah necessary condition but not sufficient comdition (dibutuhkan tapi bukan mencukupkan). Dalam perspektif hubungan ekonomi dan bisnis, maka Kerajaan Arab Saudi harus dipandang sebagai negara yang memiliki kepentingan (economic and profit interest) juga dalam rangka membangun ekonomi dan mensejahterakan rakyat Arab Saudi.
"Hal ini perlu digarisbawahi supaya semua pihak tidak perlu terlalu over euphoria dalam menyambut kedatangan Raja Salman tapi melalaikan kepentingan nasional yang lebih penting dalam menegakkan konstitusi," tutup Defiyan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Gagal Total di Timnas Indonesia, Kluivert Diincar Juara Liga Champions 4 Kali
-
Rupiah Tembus Rp 16.700 tapi Ada Kabar Baik dari Dalam Negeri
-
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Kompak Naik!
-
IHSG Berpeluang Menguat Hari Ini, Harga Saham INET dan BUVA Kembali Naik?
-
Zahaby Gholy Starter! Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
Terkini
-
Merger 3 Anak Perusahaan Pertamina, Ditargetkan Rampung 1 Januari 2026
-
Cara Mengajukan Pinjaman di Pegadaian, Mudah dan Cepat untuk Kebutuhan Dana Mendesak
-
Rupiah Tembus Rp 16.700 tapi Ada Kabar Baik dari Dalam Negeri
-
Direktur Legal GOTO Ikut Memanaskan Isu Merger dengan Grab
-
Penjaminan KUR Askrindo Tembus Rp1.096 Triliun, Ciptakan 61,8 Juta Lapangan Kerja
-
Survei BI : Indeks Keyakinan Konsumen Meningkat di Bulan Oktober
-
IHSG Berbalik Perkasa di Awal Perdagangan Selasa, Kembali ke Level 8.400
-
Debt Collector Makin Meresahkan, OJK Siap Beri Sanksi
-
Paviliun Indonesia di COP30 Resmi Dibuka, Jadi Panggung 'Jualan' Kredit Karbon Triliunan
-
Emas Antam Lompat Tinggi Lagi, Hari Ini Dibanderol Seharga Rp 2.360.000 per Gram