Pengamat ekonomi dari universitas Indonesia Faisal Basri mengatakan, Pemerintah Indonesia tidak bisa menghindari ketimpangan antara si kaya dengan si miskin. Pasalnya ketimpangan yang terjadi adalah sebuah proses dari mekanisme kebijakan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah selama ini.
"Ketimpangan itu adalah sebuah proses. Jadi memang ketimpangan itu tidak bisa dihindari karena itu adalah bagian dari mekanisme," kata Faisal di Jakarta, Kamis (4/5/2017).
Faisal menjelaskan ada beberapa faktor yang membuat ketimpangan di Indonesia itu terjadi. Faktor utama adalah kebijakan perekonomian yang diterapkan terdahulu itu tidak terfokus.
"Jadi ketika ekonomi itu mengalami pertumbuhan kelompok si kaya dan miskin ini sama sama mendapatkan manfaatnya. Namun, ekonomi kelompok kaya tumbuh lebih tinggi dibandingkan miskin karena lebih bisa mencari celah untuk mendapatkan keuntungan," katanya.
Sehingga, lanjut Faisal, ketika ekonomi mengalami perlambatan, kelompok miskin yang paling merasakan dampaknya.
Selain itu, rendahnya pertumbuhan ekspor sektor manufaktur juga menjadi penyebab ketimpangan di Indonesia. Padahal, sektor manufaktur merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja.
"Padahal itu yang mendorong produktifitas nasional, karena kalau produksi naik, upah naik, kesejahteraan naik, kalau manufaktur kita lemah, maka akan sulit atasi ketimpangan," kata Faisal.
Baca Juga: Jokowi akan Fokus Atasi Ketimpangan Desa dengan Kota
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Bank Mega Syariah Bidik Target Penjualan Wakaf Investasi Senilai Rp 15 Miliar
-
Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
-
Saham Bank Lapis Dua Kompak Rontok, Maybank Indonesia Ambles Paling Dalam
-
OJK Minta Generasi Muda Jangan Awali Investasi Saham dari Utang
-
Daftar Harga Emas Antam Hari Ini, Naik Apa Turun?
-
Aliran Modal Asing yang Hengkang dari Pasar Keuangan Indonesia Tembus Rp 9,76 Triliun
-
PNM Raih Penghargaan Internasional Kategori Best Microfinance Sukuk 2025
-
Bersama Bibit.id dan Stockbit, Temukan Peluang Baru Lewat Portrait of Possibilities
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
Bansos PKH Oktober 2025 Kapan Cair? Ini Kepastian Jadwal, Besaran Dana dan Cara Cek Status