Pasar retail Cina akan segera memasuki era baru perdagangan retail yang mengharuskan adanya sinergi antara jalur belanja secara online dan offline.
Demikian salah satu poin survey oleh McKinsey & Co yang dipaparkan pada acara tahunan Summer Davos di Dalian, provinsi Lioning, Cina seperti dilaporkan The Cina Daily di laman situsnya (30/6).
Menurut survey tersebut, 95% dari 5900 responden terlebih dulu mengunjungi toko offline sebelum membeli barang elektronik secara online. Dan sebaliknya, mereka akan melakukan pencarian secara online sebelum membeli barang di toko konvensional.
“Konsumen Cina akan lebih menyukai pengalaman belanja omni-channel yang menawarkan cara belanja baik secara online maupun offline,” papar laporan survey tersebut.
Pada kesempatan yang sama, pendiri raksasa ecommerce Alibaba, Jack Ma, menambahkan bahwa era baru perdagangan retail tersebut akan menghapuskan perbedaan antara ‘perdagangan fisik’ dan ‘perdagangan virtual.’
Menurut hasil studi McKinsey & Co, Cina selama ini telah berkembang pesat dalam perdagangan yang murni dijalankan oleh pemain digital, dan sekarang telah siap untuk memasuki era baru perdagangan retail.
Pasar ecommerce Cina diprediksi hanya tumbuh 17% tahun ini setelah mengalami pertumbuhan tahunan yang sangat tinggi selama 6 tahun sebelumnya, termasuk pertumbuhan 74% selama 2011. Platform perdagangan online telah sampai pada titik jenuhnya di Cina.
Transformasi sosmed menjadi platform perdagangan
Studi tersebut juga menemukan kecenderungan baru konsumen yaitu adanya kegiatan pencarian produk dan pengambilan keputusan pembelian yang muncul di platform sosial media.
Sebanyak 70% responden, menurut laporan McKinsey, menyatakan tertarik untuk berbelanja melalui platform sosial nedia jika brand favoritnya tersedia juga di sana.
Dengan platform social media, akan dimungkinkan konsumen mendapatkan tawaran produk dan jasa yang lebih mewakili preferensi personalnya (customized). Hal ini sejalan dengan salah satu poin survey dimana konsumen menginginkan produk dan jasa yang lebih customized.
Hal itu berbeda dengan rekomendasi produk pada konsumen dalam perdagangan secara online yang terjadi selama ini dimana rekomendasi semata-mata didasarkan pada data pencarian produk oleh konsumen (shopping history) yang gagal menunjukkan item-item baru yang mungkin menarik bagi konsumen. (Asip HasaniIKontributor)
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 5G Murah di Bawah Rp3 Juta Tebaru September 2025
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
Terkini
-
Wamen BUMN Ungkap Bahayanya ChatGPT, Bisa Susun Kebijakan Pemerintah
-
24 BPR Bangkrut di Indonesia, Ini Daftar Lengkapnya
-
Menkeu Baru Diminta Stop Naikkan Cukai, Fokus Berantas Rokok Ilegal
-
OJK Minta Menkeu Baru Perkuat Koordinasi untuk Dorong Ekonomi Indonesia
-
Lagi, OJK Cabut Izin BPR Syariah Gayo Perseroda yang Bangkrut
-
Promo Produk Spesial Mingguan Alfamart Hadir Kembali, Bikin Belanja Makin Hemat
-
Menkeu Baru Diingatkan Buat Kebijakan Realistis, INDEF: Belanja Negara Perlu Ditata Ulang
-
IHSG Berbalik Rebound di Sesi I, Apa Pemicunya?
-
Thaksin Shinawatra Dipenjara Karena Korupsi, Danantara Angkat Bicara Soal Perannya
-
UMKM Kombucha Beromzet Nasional Lahir dari BRILiaN, Inisiatif Hebat BRI untuk Pengusaha Muda