Bisnis / Ekopol
Senin, 15 Desember 2025 | 17:20 WIB
Menteri Perdagangan Budi Santoso (ketiga dari kiri) berfoto dalam acara Strategic Forum Perdagangan Internasional: Indonesia–Eurasian Economic Union (EAEU) FTA yang digelar di Jakarta, Senin (15/12/2025). [Suara.com/Fakhri Fuadi Muflih]
Baca 10 detik
  • Mendag Busan mendorong pembentukan Indonesia–Belarus Business Council untuk memaksimalkan kerja sama perdagangan dengan EAEU.
  • Pembentukan dewan bisnis ini bertujuan menjadi wadah komunikasi resmi antar pelaku usaha kedua kawasan.
  • Busan menekankan implementasi penting agar perjanjian dagang tidak hanya menjadi dokumen formal belaka.

Suara.com - Menteri Perdagangan Budi Santoso alias Busan mendorong pembentukan Indonesia–Belarus Business Council sebagai langkah konkret agar kerja sama perdagangan antara Indonesia dan negara-negara Eurasian Economic Union (EAEU). Ia mengaku tidak kesepakatan bilateral ini berhenti di atas kertas.

Dorongan itu disampaikan Busan dalam sambutannya pada acara Strategic Forum Perdagangan Internasional: Indonesia–Eurasian Economic Union (EAEU) FTA yang digelar di Jakarta, hari ini. Menurutnya, keberadaan wadah komunikasi antar pelaku usaha menjadi kunci pemanfaatan perjanjian dagang.

“Nah, makanya tadi kita sepakat misalnya dengan Belarus kita bisa saja membuat Indonesia–Belarus Business Council,” ujar Busan di Jakarta, Senin (15/12/2025).

Ia menjelaskan, pembentukan business council tersebut bertujuan menjadi wadah komunikasi dan kemitraan antara pelaku usaha Indonesia dan mitra dari kawasan EAEU. Dengan adanya forum resmi, interaksi bisnis diharapkan lebih terarah dan berkelanjutan.

“Jadi nanti kita komunikasinya dengan Apindo, dengan Kadin. Nah, itu adalah wadah untuk komunikasi kita bersama,” kata Busan.

Busan menilai, tanpa forum kemitraan yang jelas, perjanjian dagang berisiko tidak dimanfaatkan secara optimal. Kondisi ini dapat membuat kerja sama perdagangan dan investasi berjalan lambat.

“Wadah untuk membuat kemitraan antara EAEU dan Indonesia,” ungkapnya.

Ia menegaskan, keberadaan mitra dagang menjadi faktor penting dalam mendorong realisasi perdagangan dan investasi. Tanpa mitra yang kuat, peluang yang dibuka melalui FTA dinilai sulit dimaksimalkan.

“Nah, kalau kita tidak mempunyai partner-partner, kita tidak mempunyai mitra dagang, maka EAEU FDI tidak akan berjalan dengan baik,” ucap Budi.

Baca Juga: Mendag Bantah Mentan soal Impor Beras Ilegal di Sabang dan Batam: Itu Kawasan Bebas!

Menurutnya, salah satu tantangan terbesar dalam perjanjian dagang adalah implementasi. Ia mengingatkan agar kesepakatan yang telah dicapai tidak berhenti sebagai dokumen formal semata.

Ia menambahkan, yang terpenting setelah perjanjian dagang disepakati adalah memastikan akses pasar benar-benar dimanfaatkan oleh pelaku usaha dari kedua belah pihak.

“Tetapi yang penting adalah implementasinya,” kata Budi.

Dengan terbentuknya Indonesia–Belarus Business Council, Budi berharap akses pasar Indonesia ke kawasan EAEU, maupun sebaliknya, dapat berjalan lebih efektif. Forum tersebut diharapkan mampu mempertemukan kebutuhan pelaku usaha secara langsung.

“Ketika akses pasar kita makin mudah masuk ke EAEU atau sebaliknya, nah itulah kesempatan Bapak-Ibu untuk memperbesar lokal trade kita dengan negara IAU,” pungkasnya.

Load More