Suara.com - PT Angkasa Pura II (Persero) menyebut kerja sama dengan pihak asing maupun dalam negeri bukan berarti menjual aset karena kemitraan strategis itu merupakan aksi yang lumrah dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
"Konsepnya kerjasama, siapa saja kan boleh kerja sama. Kemitraan strategis atau kerja sama dengan asing atau dalam negeri di bandara maupun seluruh dunia itu bisa, tapi selalu dikaitkan jadi isu sensitif. Kerja sama dengan asing sering diasumsikan menjual aset, itu bagaimana ceritanya?" kata Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin dalam 'Go Digital Wonderful Indonesia' di Jakarta, Senin (13/11/2017).
Kerja sama dua pihak haruslah berdasarkan tataran untuk berbagi sumber daya, baik itu sumber daya manusia, keuangan atau infrastruktur. Kerja sama juga harus memiliki tujuan. Sebagai operator bandara, ia mengatakan tujuan menggandeng mitra baik dari luar atau dalam negeri adalah untuk mendongkrak arus (traffic) penumpang.
"AP II sendiri, misalnya, 'traffic' penumpang internasional misalnya baru 20 persen. Kalau mau naikkan 'traffic' internasional, kami mau kerja samakan dengan pihak asing atau siapapun bisa. Secara konsep bisnis oke. Keekonomiannya ada karena memberikan masing-masing manfaat," katanya.
Lebih lanjut, Awaluddin menjelaskan, kemitraan strategis yang dilakukan haruslah memiliki tujuan 3E, yakni Expansion (ekspansi), Expertise (keahlian) dan Equity (ekuitas).
Ekspansi, jelasnya, berhubungan dengan tujuan bandara untuk bisa berkembang dan memperluas kapasitasnya untuk menampung lebih banyak penumpang. Keahlian berhubungan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan di area kerja bandar udara. Sementara ekuitas berhubungan kebutuhan modal untuk melakukan investasi pengembangan bandara.
"Jadi, dengan kerja sama tersebut, bandara tetap milik kita dengan menciptakan 3E tadi," tukasnya.
Sebelumnya beredar kabar mengenai penjualan Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Banten. Bandara Soekarno-Hatta sendiri merupakan satu dari 13 bandara yang dikelola AP II. Terkait hal itu, Awaluddin memastikan belum ada rencana perseroan untuk mengerjasamakan Bandara Soekarno-Hatta dengan pihak manapun lantaran porsi investasi BUMN itu di Bandara Soekarno-Hatta masih cukup besar hingga 60 persen.
Dari segi ekspansi, dengan "traffic" penumpang saat ini mencapai 60 juta orang, kemampuan ekspansi bandara internasional itu dinilai cukup cepat. Perseroan memperkirakan "traffic" penumpang bisa mencapai 100 juta orang dalam lima tahun ke depan. (Antara)
Baca Juga: Puteri Jokowi Menikah, Angkasa Pura I Lakukan Ini di Dua Bandara
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
Terkini
-
Laba Melejit 22 Persen, MBMA Makin Perkasa di Bisnis Nikel Terintegrasi
-
6 Perbedaan Tabungan Konvensional dan Syariah, Mana yang Lebih Sesuai untuk Anda?
-
Pengusaha Sebut Formula Upah Minimum 2026 Bikin Lapangan Kerja Baru Sulit Tercipta
-
Dukung Pemulihan Ekonomi Aceh, BSI Siapkan Restrukturisasi Pembiayaan
-
Isu Damai Ukraina Redam Efek Blokade Tanker Venezuela, Begini Dampaknya ke Harga Minyak
-
Purbaya Klaim Investor Asing Makin Banyak Tanam Modal ke Indonesia, Ini Buktinya
-
BRI Peduli Salurkan Bantuan Darurat di 40 Titik Bencana Wilayah Sumatra
-
Perubahan Skema Pupuk Subsidi Dinilai Dorong Transparansi
-
Mulai Bangkit, Rupiah Beri Tekanan pada Dolar ke Level Rp16.706
-
Penggunaan Dolar AS Mulai Ditinggalkan, Indonesia-Jepang Pilih Mata Uang Lokal