Suara.com - Pengamat ekonomi energi UGM, Fahmy Radhi, menilai pengambilalihan Blok Mahakam, Kalimantan Timur, oleh PT Pertamina (Persero) bisa mewujudkan kemandirian energi nasional.
"Dengan mengelola Blok Mahakam ini, kemampuan Pertamina akan meningkat, sehingga bisa mewujudkan kemandirian energi nasional," katanya di Jakarta, Minggu.
Diketahui, per 1 Januari 2018, Pertamina secara resmi mengelola Blok Mahakam, yang merupakan ladang minyak dan gas terbesar saat ini di Indonesia. Selama 50 tahun sebelumnya, blok tersebut dikelola kontraktor asal Prancis, Total E&P Indonesie.
Menurut Fahmy, pengambilalihan Blok Mahakam dari Total E&P Indonesie ke BUMN, Pertamina itu juga menjadi preseden baik yakni Pertamina akan secara otomatis mendapatkan kesempatan mengelola ladang migas, yang kontraknya akan berakhir.
"Pertamina diharapkan mengelola ladang migas di negeri sendiri, sehingga bisa lebih memberikan keuntungan bagi negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai amanah konstitusi," ujarnya.
Menurut Fahmy, pengambilalihan Blok Mahakam merupakan peluang sekaligus tantangan bagi Pertamina.
Ia mengatakan Pertamina harus bisa membuktikan kemampuannya dengan tidak hanya memanfaatkan peluang pengelolaan Blok Mahakam, tetapi juga memenangkan tantangan pertaruhan untuk mencapai kemandirian energi.
Pemerintah memutuskan untuk mengambil alih pengelolaan Blok Mahakam dan menyerahkannya kepada Pertamina sebagai representasi negara per 1 Januari 2018.
Kontrak kerja sama Blok Mahakam antara pemerintah dan Total E&P Indonesie bersama Inpex Corporation ditandatangani pada 1966.
Pada 1997, kontrak kerja sama selama 30 tahun pertama berakhir dan diperpanjang untuk 20 tahun atau berlaku hingga 2017.
Berdasarkan perkiraan, Blok Mahakam kini masih menyisakan cadangan 57 juta barel minyak, 45 juta barel kondensat, dan 4,9 TCF gas.
Saat ini, produksi Blok Mahakam sekitar 1.200 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) dan 40.000 barel minyak dan kondensat per hari.
Sebelumnya, Pertamina telah berhasil membuktikan pengelolaan blok migas pascaterminasi yakni Blok Offshore North West Java (ONWJ) pada 2009 dan West Madura Offshore (WMO) pada 2011. [Antara]
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Harga Bitcoin Anjlok ke 82.000 Dolar AS, CEO Binance: Tenang, Hanya Taking Profit Biasa
-
6 Fakta Uang Rampasan KPK Dipajang: Ratusan Miliar, Pinjaman Bank?
-
Cara Membuat QRIS untuk UMKM, Ini Syarat yang Harus Dipersiapkan
-
Alasan Menteri Maruarar Sirait Minta SLIK OJK Dihapus atau Pemutihan Pinjol
-
Pesan Bahlil untuk Shell dan Vivo: Walaupun Tidak Menjual Bensin, Kebutuhan Rakyat Tersedia
-
BRI Peduli Sumbang Mobil Operasional Demi Peningkatan Mutu Pendidikan
-
Akui Ada Pengajuan Izin Bursa Kripto Baru, OJK: Prosesnya Masih Panjang
-
Saham AS Jeblok, Bitcoin Anjlok ke Level Terendah 7 Bulan!
-
Baru 3,18 Juta Akun Terdaftar, Kemenkeu Wajibkan ASN-TNI-Polri Aktivasi Coretax 31 Desember
-
BUMN-Swasta Mulai Kolaborasi Perkuat Sistem Logistik Nasional