Suara.com - Rejeki Tiban Para Pembuat Ketupat Janur Kuning saat Lebaran.
Lebaran menjadi berkah tersendiri bagi para pengrajin ketupat janur kuning. Waktu pendek hanya dua hari merupakan prime time dalam mengais tambahan pendapatan untuk berlebaran.
Seperti Tasrimah (52), warga Mranggen Demak, tangannya cekatan dalam merangkai helai demi helai janur kuning menjadi sebuah bungkusan ketupat.
Di pinggir jalan raya Pasar Karangayu Kota Semarang, bersama puluhan pengrajin tiban lainnya, dia berkejar waktu dengan pembeli yang tiap saat memborong bungkus ketupat dari janur pohon kelapa itu.
Satu helai janur kuning bisa menjadi satu bentuk bungkus ketupat dengan waktu 30 detik hingga satu menit.
"Jualan hanya dua hari, sampai besok saja. Jadi sambil melayani pembeli ya sambil membuat satu-satu janur kuning menjadi ketupat," kata Tasrimah, Senin (3/6/2019).
Tasrimah mengaku mulai datang dan membuat ketupat janur kuning sejak semalam. Bahan baku berupa daun janur kuning dia dapat dari Salatiga. Dia sendiri menggeluti profesi tiban itu sudah 12 tahun lamanya.
"Kalau tiap hari bekerja buruh sawah dan ladang jagung di desa, buat ketupat janur kuning setiap mendekati lebaran saja. Lumayan buat tambahan pendapatan lebaran besok," tuturnya.
Selama dua hari, dia membawa tiga karung berisi daun janur kuning, tiap karung ada 700-800 helai janur kuning. Satu helai bisa menjadi satu bungkus ketupat.
Baca Juga: Mudik Mewah Ala Artis, Ada yang Gunakan Jet Pribadi
Tiap bungkus ketupat yang sudah jadi, lalu dia ikat menjadi satu ikatan berisi 8-10 bungkus ketupat siap jual. Harganya antara Rp. 8.000 sampai Rp 10.000 per ikatan.
"Semalam sudah laku sampai Rp 500.000, sampai hari ini belum saya hitung, bisa Rp 1,5 juta, karena sudah satu setengah karung laku," ujarnya.
Pengrajin tiban lainnya, Muhamad Saiful (40) juga mengaku mendapat rejeki yang lumayan selam dua hari ke depan. Dari tiga karung janur kuning yang dia bawa, bisa mendapat untung 100 persen.
"Satu karung harga Rp 200.000 - Rp 250.000, isi 700 helai, satu helai janur yang sudah jadi ketupat dijual Rp 800 sampai Rp1000," katanya.
Bersama saudaranya, Saiful bisa membawa uang hasil jualan bungkus ketupat janur kuning selama dua hari berkisar antara Rp 2 juta hingga Rp 2,5 juta.
"Lumayan mas bisa untung 2 juta jika dikurangi ongkos kulakan, bisa buat lebaran sama keluarga di desa," kata Saiful, yang berasal dari Genuk, sebuah desa pinggiran Kota Semarang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Menaker Mau Tekan Kesenjangan Upah Lewat Rentang Alpha, Solusi atau Masalah Baru?
-
Pati Singkong Bisa Jadi Solusi Penumpukan Sampah di TPA
-
BRI Terus Salurkan Bantuan Bencana di Sumatra, Jangkau Lebih dari 70.000 Masyarakat Terdampak
-
Laporan CPI: Transisi Energi Berpotensi Tingkatkan Pendapatan Nelayan di Maluku
-
SPBU di Aceh Beroperasi Normal, BPH Migas: Tidak Ada Antrean BBM
-
Purbaya Gelar Sidang Debottlenecking Perdana Senin Depan, Selesaikan 4 Aduan Bisnis
-
Purbaya Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI: 5,2% di 2025, 5,4% pada 2026
-
Menaker Yassierli Klaim PP Pengupahan Baru Hasil Kompromi Terbaik: Belum Ada Penolakan Langsung
-
Purbaya Sentil Balik Bank Dunia soal Defisit APBN: Jangan Terlalu Percaya World Bank!
-
Bank Mandiri Dorong Akselerasi Inklusivitas, Perkuat Ekosistem Kerja dan Usaha Ramah Disabilitas