Suara.com - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di depan para pengusaha menceritakan kisah hidupnya yang hanya seorang anak petani namun bisa menjadi seorang Gubernur BI.
Anak ke-6 dari 9 bersaudara ini mengaku pernah alami hidup susah semenjak bisnis pertanian tembakau milik kedua orang tuanya bangkrut.
Meski bangkrut, kedua orangnya tetap mendukung Perry untuk bersekolah. Pasalnya, kedua orang tua Ketua Umum ISEI ini berpesan bahwa jika ingin sekolah, maka terus lanjutkan hingga sampai paling tinggi.
"Sampai-sampai saya engga bisa kuliah di UGM, sebab orang tua engga punya uang, pinjem di satu desa dapat Rp 35 ribu, Rp 25 ribu beli formulir dan Rp 10 ribu buat ongkos. Pengennya jadi dokter tapi Rp 25 ribu engga cukup masuk dokter, dapatnya di ekonomi," ucap Perry.
Perry pun kemudian menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada (UGM) sambil melakoni kesehariannya sebagai kondektur.
Berkat kegigihannya, Perry berhasil lulus S1 di UGM dengan gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1982.
Setelah lulus, pada tahun 1984, Perry pun masuk kerja di BI. Karir Perry di BI moncer, ia mendapatkan beasiswa untuk meneruskan kuliah hingga S3 dan mendapatkan gelar PhD.
"Masuk BI, pada 1986 saya disekolahkan BI, kemudian 1989 dapat master, 1991 dapet PhD. Dalam waktu 4,5 tahun saya dapet S2 dan S3 sebab Ilmu, ilmu, ilmu. Ini ilmu bank sentral yang belum ada di seluruh negara, ini adalah ilmu yang saya geluti selama 40 tahun di Bank Indonesia," tutur dia.
Perry mengakui, pencapaian yang ia raih berkat restu dan petuah kedua orang tuanya. Bahkan saat menjabat Gubernur BI, Perry kerap mengikuti petuah orang tuanya dalam mengeluarkan kebijakan bank sentral.
Baca Juga: Gubernur BI Harapkan Hidayah Allah Sebelum Tentukan Suku Bunga Acuan
Salah satunya, petuah harus selalu bermusyarah dalam menentukan kebijakan. Salah satunya kebijakan pelonggaran loan to value (LTV) untuk sektor properti yang selalu bermusyarah kepada dunia usaha seperti Kadin, sebelum mengeluarkan kebijakan tersebut.
"Sebagai kabayan desa, ayah saya selalu bertemu rakyat, masalah irigasi rembukan di sawah, masalah PKK dan segalam macam masalah di dua desa di rembuk rakyat. Itu saya sering ikuti. Itu jadi dasar garis kebijakan saya, walaupun Bank sentral mandatnya di stabilitas, tapi tak hanya itu harus dorong pertumbuhan ekonomi, setiap kebijakan sebelum dikeluarkan, dibicarakan dengan pelaku usaha," imbuh dia.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Baru Terjual 54 Persen, Kuota Diskon Tarif Kereta Api Nataru Masih Tersedia Banyak
-
Kemnaker Waspadai Regulasi Ketat IHT, Risiko PHK Intai Jutaan Pekerja Padat Karya
-
Tahapan Pengajuan KPR 2026, Kapan Sertifikat Rumah Diserahkan?
-
Harga Emas Antam Naik Konsisten Selama Sepekan, Level Dekati 2,5 Jutaan
-
Inilah PT Tambang Mas Sangihe yang Ditolak Helmud Hontong Sebelum Meninggal Dunia
-
Pilihan Baru BBM Ramah Lingkungan, UltraDex Setara Standar Euro 5
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK