Suara.com - Hasil riset Bank Dunia menggemparkan kondisi ekonomi Indonesia. Bahkan, hasil riset tersebut membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) naik pitam dan geleng-geleng kepala.
Adapun hasil riset Bank Dunia berjudul 'Global Economic Risks and Implications for Indonesia' itu menyebutkan bahwa dalam kurun waktu Juni sampai Agustus 2019, dari 33 perusahaan China, 23 perusahaan memilih Vietnam untum relokasi. Sisanya 10 perusahaan merelokasi ke Malaysia, Thailand, serta Kamboja.
Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance ( INDEF) Bhima Yudistira Adhinegara terdapat empat alasan yang membuat perusahaan China ogah masuk ke Indonesia.
Pertama, perizinan investasi di Indonesia masih ruwet. Dia menjelaskan, masih lambannya perizinan di daerah membuat perusahaan asal negeri tirai bambu mikir-mikir masuk ke Indonesia.
"Indonesia antara pemerintah pusat dan daerah belum klop. Contohnya soal Online Single Submission atau OSS di bawah BKPM pusat dan PTSP di tingkat daerah masih terhambat sinkronisasi izin wilayah. Investor yang sudah mengantongi izin di pusat, di daerah bisa digantung berbulan-bulan. Ibarat masuk satu pintu keluarnya seribu jendela," kata Bhima saat dihubungi Suara.com, Minggu (8/9/2019).
Kedua, insentif pajak Indonesia juga masih kalah dengan Vietnam. Menurutnya, Vietnam memberikan insentif fiskal yang menjanjikan seperti bonus pajak bonus pajak 5-20 persen.
"Ketiga, soal biaya logistik di Indonesia yang mahal di kisaran 22-24 persen terhadap PDB. Artinya, seperempat biaya sebuah produk sudah habis untuk ongkir sendiri. Infrastruktur industri masih tertinggal, belum proses bea cukai yang lama," tutur dia.
Lalu keempat, soal daya saing Sumber daya Manusia (SDM) yang rendah. Di mana banyak investasi manufaktur yang potensial khususnya tekstil, elektronik dan otomotif. Tapi SDM Indonesia hanya andalkan upah rendah.
"Padahal upah bukan faktor utama perusahaan lakukan relokasi industri. Karena SDM kita kurang kompetitif. Yang diajarkan di lembaga pendidikan enggak nyambung sama kebutuhan rantai pasok global," kata Bhima.
Baca Juga: Esemka Produksi China? Yuk, Periksa Profil Perusahaan Pemasok Komponennya
Berita Terkait
-
Menkeu: Prediksi Ekonomi Global 5,1 Persen, Indonesia 5,3 Persen
-
Menko Darmin Optimis Target Pertumbuhan Tercapai, Tapi Tergantung Global
-
Temui Jokowi, Bank Dunia Sarankan 5 Saran Perekonomian Ini
-
Temui Jokowi, Bank Dunia Bicara Terkait Pinjaman ke Pemerintah Indonesia
-
Bank Dunia Setuju Kasih Utang ke Pemerintah Jokowi untuk Bangun Kota
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Lebih dari 2 Dekade Melantai di Bursa Efek Indonesia, Harga Saham BBRI Telah Naik 48 Kali
-
Gaji PPPK Tidak Utuh? Cek Fakta dan Aturan Resminya
-
Inovasi Material Ramah Lingkungan Asal Indonesia di World Expo 2025 Osaka
-
Negosiasi Tarif Dagang dengan AS Terancam Gagal, Apa yang Terjadi?
-
BRI Rebranding Jadi Bank Universal Agar Lebih Dekat dengan Anak Muda
-
Kemenkeu Matangkan Regulasi Bea Keluar Batu Bara, Berlaku 1 Januari 2026
-
Cara Mengurus Pembatalan Cicilan Kendaraan di Adira Finance dan FIFGROUP
-
Pemerintah Tegaskan Tak Ada Impor Beras untuk Industri
-
CIMB Niaga Sekuritas Kedatangan Bos Baru, Ini Daftar Jajaran Direksi Teranyar
-
Eri Budiono Lapor: Bank Neo Kempit Laba Rp517 Miliar Hingga Oktober 2025