Suara.com - Siapa yang tak kenal buah salak? Buah eksotis dengan penampakan bersisik itu memiliki penggemar yang tidak sedikit. Apalagi rasa khas manis dan sepatnya memang tidak dimiliki buah-buah lain.
Ternyata penggemar buah salak tidak hanya dari dalam negeri. Buktinya, buah salak menjadi salah satu komoditas hortikultura yang sudah merambah pasar luar mancanegara. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi pada tahun 2018 mencapai 896.504 ton dengan jumlah tanaman menghasilkan 38.024.008 batang.
Dari total produksi tersebut , sejumlah 1.233,28 ton (0,14%) telah diekspor ke beberapa negara di Asia dan Timur tengah, antara lain Kamboja (46,25%), Tiongkok (15,89%), Malaysia (14,16%), Singapura (10,14%), dan Saudi Arabia (4,84%) dengan total nilai ekspor sebesar 1,4 juta dolar AS.
Populer baik di dalam maupun luar negeri, para petani Salak pun berupaya untuk terus menggenjot produksi buah ini. Apalagi seiring makin tua umur tanaman, produktivitasnya pun semakin melambat. Menangkap situasi ini, pemerintah pun memberikan dukungan kepada para petani dalam bentuk program peremajaan tanaman salak.
Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta merupakan salah satu kawasan yang akan mendapat bantuan program peremajaan tanaman salak. Kawasan lereng selatan Gunung Merapi tersebut memang terkenal sebagai sentra penghasil salak pondoh terbesar di Indonesia.
“Pada tahun 2020 nanti, Direktorat Jenderal Hortikultura menyiapkan bantuan kegiatan intensifikasi pemeliharaan salak seluas 150 hektare khusus untuk Kabupaten Sleman. Kegiatan tersebut bisa dimanfaatkan oleh petani untuk melakukan gerakan peremajaan tanaman dengan metode cangkok tanpa menggangu produktivitas," ujar Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto dalam keterangan pers, Jumat (11/10/2019).
Pria yang akrab dipanggil Anton tersebut menuturkan bahwa pendekatan yang digunakan berbentuk kawasan terpadu. Ini artinya seluruh stakeholders terkait pengembangan salak sleman harus saling mendukung.
“Pemda, Dinas Pertanian, SKPD terkait, eksportir, penyedia sarana produksi, pakar salak dan tentu tokoh-tokoh petani setempat harus dilibatkan dalam proses peremajaan salak ini," jelasnya.
Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman menjelaskan, berdasarkan pengamatan timnya di sentra Kecamatan Turi, Tempel dan Pakem ditemukan sebagian besar tanaman salak sudah berumur 15 -20 tahun.
Baca Juga: Dorong Anak Muda Jadi Konglomerat, Kementan Luncurkan Program Kewirausahaan
“Umur tanaman yang sudah tua akan mempengaruhi produktivitas tanaman salak. Imbas dari fenomena ini adalah turunnya produksi salak nasional," kata Liferdi.
Pilihan ekstensifikasi atau perluasan areal pengembangan salak, menurut Liferdi, relatif terbatas mengingat semakin tergerusnya lahan pertanian di kabupaten Sleman. Terlebih salak pondoh memang spesifik lokasi.
Liferdi menerangkan, teknik peremajaan melalui anakan salak yang selama ini dilakukan perlu dievaluasi karena membutuhkan waktu tiga tahun untuk belajar berproduksi. Kondisi tersebut dinilainya sangat berdampak pada penghasilan petani.
“Terlebih, kepemilikan lahan petani rata-rata terbatas. Kalau harus nunggu selama itu, tentu akan membuat petani tidak bergairah mengembangkan salaknya. Kita akan kembangkan teknik cangkok menggunakan ember/karung di pangkal batang utama seperti yang sudah dicoba petani setempat. Hasilnya ternyata lebih efisien," paparnya.
Ketua kelompok tani Marsudi Luhur Kecamatan Tempel, Wakimin, mengatakan pihaknya sudah mencoba berbagai teknologi peremajaan salak. "Selama kurun lima tahun terakhir, kami sudah coba praktikkan cangkok tanaman tua dengan dua cara, yaitu rebah batang pokok dan mencangkok menggunakan karung. Metode perebahan batang pokok tingkat keberhasilannya sangat rendah, begitu pula dengan penggunaan karung ketika dibuka tanah cenderung ambrol/berantakan. Mungkin karena cara tersebut menyebabkan tanaman stres bahkan bikin mati bila tidak ditangani dengan pas," jelas Wakimin.
Wakimin menjelaskan, dari hasil studi lapang anggota selama 18 bulan terakhir ditemukan metode peremajaan salak yang lebih efisien yaitu cangkok dengan menggunakan ember. Ini lebih baik dibandingkan dengan karung di pangkal batang utama. Meskipun salak sedang beproduksi, teknik cangkok tersebut tidak mempengaruhi produktivitas tanaman salak.
Berita Terkait
-
Dorong Anak Muda Jadi Konglomerat, Kementan Luncurkan Program Kewirausahaan
-
Indonesia Jadi Tuan Rumah Konferensi Perubahan Sistem Pangan Dunia
-
Kementan Sediakan Alat Super Canggih dan Harapkan Peran Generasi Milenial
-
Mentan : Populasi Sapi Indonesia Meningkat 5 Juta Ekor
-
Tren Ekspor Sejumlah Komoditas Asal Banten Meningkat
Terpopuler
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Fakta Viral Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun, Maharnya Rp 3 Miliar!
- Promo Super Hemat di Superindo, Cek Katalog Promo Sekarang
- Tahu-Tahu Mau Nikah Besok, Perbedaan Usia Amanda Manopo dan Kenny Austin Jadi Sorotan
Pilihan
-
Cuma Satu Pemain di Skuad Timnas Indonesia Sekarang yang Pernah Bobol Gawang Irak
-
4 Rekomendasi HP Murah dengan MediaTek Dimensity 7300, Performa Gaming Ngebut Mulai dari 2 Jutaan
-
Tarif Transjakarta Naik Imbas Pemangkasan Dana Transfer Pemerintah Pusat?
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
Terkini
-
Air Minum Bersih untuk Semua: Menjawab Tantangan dan Menangkap Peluang Lewat Waralaba Inklusif
-
Airlangga: Stimulus Ekonomi Baru Diumumkan Oktober, Untuk Dongkrak Daya Beli
-
Berdasar Survei Litbang Kompas, 71,5 Persen Publik Puas dengan Kinerja Kementan
-
Belajar Kasus Mahar 3 M Kakek Tarman Pacitan, Ini Cara Mengetahui Cek Bank Asli atau Palsu
-
BPJS Ketenagakerjaan Dukung Penguatan Ekosistem Pekerja Kreatif di Konferensi Musik Indonesia 2025
-
Kementerian ESDM Akan Putuskan Sanksi Freeport Setelah Audit Rampung
-
Indonesia Tambah Kepemilikan Saham Freeport, Bayar atau Gratis?
-
Kripto Bisa Sumbang Rp 260 Triliun ke PDB RI, Ini Syaratnya
-
Duta Intidaya (DAYA) Genjot Penjualan Online di Tanggal Kembar
-
4 Fakta Penting Aksi BUMI Akuisisi Tambang Australia Senilai Rp 698 Miliar