Suara.com - Sebentar lagi, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Jusuf Kalla (JK) berakhir. Banyak catatan merah yang perlu diperbaiki di masa mendatang.
Piter Redjalam Abdullah Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) mengatakan, sebetulnya era Jokowi dengan maraknya pembangunan infrastruktur menjadi katalis positif bagi dirinya, karena berani melakukan terobosan besar dalam hal pembangunan, tapi sayangnya pembangunan infrastruktur tersebut dirasa kurang optimal.
"Tapi sayangnya kebijakan infrastruktur ini kurang dirancang tidak didesain dari awal itu bagaimana pemanfaatannya sehingga hasilnya kurang maksimal. Itu saja yang kurang," kata Piter di Hotel Westin Jakarta, Kamis (17/10/2019) kemarin.
Namun kalau dibilang gagal, Piter menolaknya lantaran ada juga keberhasilan yang di dapat, hanya ada beberapa program Jokowi yang dinilai kurang optimal.
"Kalau gagal, gagal menurut saya tidak punya catatan kegagalan dari pak Jokowi, tapi kalau kurang optimal saya masih melihat banyak," katanya.
"Masih banyak sekali yang kurang optimal karena sekali lagi memang tidak bisa melakukan semuanya. Pak Jokowi pikiran dari awalnya membangun infrastruktur akan beres semua tapi tidak. Kita berharap dia belajar dari situ," tambah Piter.
Kedepannya kata dia, pembangunan ekonomi Indonesia tidak harus bertumpu pada satu sektor tapi harus dikembangkan secara komprehensif sebagai bentuk strategi yang utuh dan saling terikat.
"Tujuan kita mau kemana, mana saja yang kita mau kembangkan," katanya.
Piter mencontohkan, salah satu sektor ekonomi yang ditinggalkan adalah sektor industri, dimana di era Jokowi-JK sektor ini kurang sekali mendapatkan perhatian.
Baca Juga: Krisis Moneter 98 Disebut Jadi Biang Kerok Tertinggalnya Infrastruktur RI
"Salah satu yang ditinggalkan itu adalah industri. Di zaman pak Jokowi juga industri turun, tapi tidak bisa disalahkan sepenuhnya kepada Pak Jokowi karena proses penurunan itu sudah berlangusng sekitar 11 tahun lalu kontribusi dari industri turun, sayangnya pada periode Jokowi tidak ada upaya menghambat laju penurunan itu petumbuhan industri sekarang bahkan di bawah 5 persen seharusnya di negara-negara lain lebih dari 20 persen ini yang disayangkan," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
Terkini
-
Maganghub Kemnaker Dapat Gaji Rp 3.000.000 per Bulan? Ini Rinciannya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
Meski Banyak Kasus Keracunan, Luhut Mau MBG Jalan Terus
-
Pertamina Siapkan Kualitas SDM Pelopor Ketahanan Pangan dan Transisi Energi
-
Dituding Bahlil Salah Baca Data Subsidi LPG 3 Kg, Menkeu Purbaya: Mungkin Cara Lihatnya yang Beda
-
Pertamina Pastikan Kesiapan SPBU di Lombok Jelang MotoGP Mandalika
-
Harga Emas Turun Hari Ini: Galeri 24 Anjlok Jadi 2,2 Jutaan, Emas Antam Menarik Dibeli?
-
Dukung MotoGP Mandalika 2025, Telkomsel Hadirkan 300 BTS 4G/LTE & Hyper 5G
-
Daftar Pinjol Ilegal Oktober 2025: Ini Cara Cek Izin Pinjaman di OJK