Suara.com - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan ekspor produk laut Indonesia pada tahun 2020 mencapai 6 miliar dolar AS atau setara Rp 84 triliun (Asumsi kurs Rp 14.000 per dolar AS).
Angka ini naik sekitar 5 persen jika dibandingkan dengan target tahun ini yang mencapai 5,5 miliar dolar AS.
"Ekspor kita tahun ini kan 5,5 miliar dolar AS, cuma mungkin tercapainya sekitar 4,8 - 5 miliar dolar AS. Tahun depan targetnya 6 miliar dolar AS. Mudah-mudahan tercapai," kata Direktur Pemasaran KKP Machmud saat ditemui di Silang Monas, Jakarta, Minggu (24/11/2019).
Machmud menuturkan, sebagian besar produk ikan yang di ekspor adalah produk ikan yang sudah diolah sedemikian rupa.
"Produk itu ada yang dibuat beku, kupas, sashimi, loin, kan itu tidak semua daging. Loin itu sudah bentuk daging, ada yang kupas untuk udang, itu totalnya sekitar 1,2 juta ton. Kalau bahan baku kan utuh, ikan utuhnya sekitar 2,5 juta ton," paparnya.
Dari target 6 miliar dolar AS tersebut, pemerintah masih mengandalkan jenis produk udang yang memang memiliki kontribusi cukup besar, selain itu ada ikan tuna cakalang hingga rajungan dan kepiting.
"Mudah-mudahan 6 miliar dolar AS tercapai. Produk utamanya udang, kedua tuna cakalang, tiga rajungan kepiting, empat cumi sotong gurita, lima rumput laut. Itu punya kita semua. Share kita juga sudah lumayan bagus di dunia," ucapnya.
Sementara untuk negara tujuan kata Machmud masih sama dengan tahun ini, dimana paling banyak di ekspor ke negara Amerika Serikat (AS), Jepang dan Uni Eropa.
"Negara tujuan utama tetap AS. Tapi itu relatif stagnan karena pasarnya pasar dewasa, tradisional market namanya. Orang-orang (yang datang) rata-rata yang datang 47-48 tahun. Jadi pertumbuhan ada yang negatif ada yang stagnan," katanya.
Baca Juga: Laut Indonesia Luas, Tapi Masyarakatnya Masih Jarang Konsumsi Ikan
Untuk meningkatkan ekspor produk ikan dan turunannya, pemerintah juga mengincar pasar ekspor baru di beberapa negara.
"Kita akan buka pasar-pasar baru, seperti Tiongkok, Timur Tengah, Afrika. Itu yang pertumbuhan penduduknya tinggi ada yang 2 persen, itu ada peluang pasar kita di sana," kata Machmud.
Machmud menuturkan, pasar ekspor produk laut Indonesia seperti Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa menunjukan perlambatan permintaan, bahkan ada negara yang permintaannya stagnan. Meski begitu pasar ekspor negara-negara diatas masih yang terbesar untuk Indonesia.
"Kalau Uni Eropa, Jepang, AS, itu pasar tradisional tapi pertumbuhannya stagnan tapi tetap besar. Misalnya udang di AS, rata-rata 500-600 ribu ton per tahun. Nomor satu India, nomor dua kita," katanya.
Selain itu kata Machmud persaingan pasar ekspor dengan negara lain juga semakin ketat, apalagi persaingan dengan negara-negara di Asia Tenggara.
"Saingan (ekspor) itu rata-rata di Asia seperti Thailand, Vietnam, Filipina, itu kan negara-negara produsen ikan. Kalau di Amerika ada Ekuador, Meksiko. Marine culture itu kita baru 2,7% kita manfaatkan. Makanya Presiden Jokowi menekankan ke budidaya. Karena budidaya adalah raksasa yang tidur," ucapnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Untung Rugi Redenominasi Rupiah
-
54 SPBU Disanksi dan 3.500 Kendaraan Diblokir Pertamina Akibat Penyelewengan BBM
-
Harga Perak: Turun Tipis Dalam Sepekan, Harga Dunia Menguat
-
Gaji Pensiunan ASN, TNI Dan Polri Taspen Naik Tahun 2025: Cek Faktanya
-
AADI Tebar Dividen Interim Rp4,17 Triliun, Potensi Rp 536 per Saham: Cek Jadwalnya
-
Mengapresiasi Inovasi: Energi Penggerak Menuju Indonesia Emas 2045
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
Harga Emas Stabil di US$ 4.000, Apakah Bisa Tembus Level US$ 5.000?
-
Prediksi Bitcoin: Ada Proyeksi Anjlok US$ 56.000, Analis Yakin Sudah Capai Harga Bottom
-
Bocoran 13 IPO Saham Terbaru, Mayoritas Perusahaan Besar Sektor Energi