Suara.com - Fenomena bakar uang di perusahaan rintisan atau startup saat ini tengah ramai diperbincangkan. Hal ini dilakukan startup agar bisa memberikan diskon sebesar-sebesarnya untuk mengambil hati konsumen.
Namun, dengan maraknya aksi bakar uang tersebut, pengusaha lama justru malah ikut-ikutan bakar uang.
Melihat fenomena tersebut, Pakar bisnis Prof Rhenald Kasali mengingatkan agar pengusaha lama tak ikut-ikutan melakukan aksi bakar uang.
Mengingat DNA perusahaan rintisan startup dengan pengusaha yang telah berdiri sejak lama sangat berbeda.
"Pengusaha lama yang terganggu ikut-ikutan bakar uang untuk mengimbangi persaingan. Motifnya untuk mempertahankan pelanggan. Padahal business model dan value creation yang terjadi dalam bisnis model lama dengan start up itu sangat berbeda," ujar Prof Rhenald dalam keterangannya, Rabu (4/12/2019).
Guru besar UI dan Chairman PT Telkom ini menjelaskan bahwa DNA keduanya sangat bertolak belakang dan masing-masing mempunyai struktur, proses bisnis dan manajemen yang barbeda. Pada akhirnya kelincahan gerak dan struktur biayanya membedakan mereka di pasar.
"Basis manajemen pemain-pemain lama itu adalah heavy assets, sangat tangible, controlling, supply-side, skala ekonomis, dan sangat mengandalkan branding. Ini berbeda dengan basis manajemen start-up yang light assets, intangibles, orkestrasi ekosistem, data dan mengandalkan review dan rating," imbuhnya.
Maka dari itu, pemain baru memilih jalan mobilisasi ketimbang marketing, dan orkestrasi ketimbang manajemen. Karena itulah ia mengingatkan sebagian proses bakar uang sudah memasuki tahap stabil dan tak perlu perang-perangan.
Itu tampak dalam bisnis transportasi. Namun pertempuran besar masih bakal terjadi di sektor retail dan e commerce, dan yang berpotensi ricuh ada di sektor keuangan, kesehatan dan pendidikan.
Baca Juga: Heru Sutadi: Stop Bakar Uang, Startup Unicorn Indonesia Bisa Samai Alibaba
Ia juga mengingatkan, keluhan chairman Lippo terkait strategi bakar uang yang harus dihentikan grup ini dengan menjual sebagian besar sahamnya di OVO sebagai sebuah fenomena baru.
"Saya menyebutnya sebagai pertarungan antara old power vs new power. Bakar uang itu adalah tradisi new power yang sudah dilakukan sejak awal revolusi industri oleh setiap pendatang baru atau pendobrak pasar. Namun hari ini mereka datang dengan strategi longtail. Ekornya yang terlihat dulu tapi panjang sekali, sedangkan sosok hewannya baru kelihatan 10-20 tahun ke depan. Sedangkan oldpower maunya selalu melihat hewannya dulu, baru ekor pedeknya di belakang," tutur dia.
Masalahnya pembakar uang di era start up itu sangat light asetnya dan bukan dibiayai oleh hutang bank. Jadi kelak di dunia startup akan tampak perbedaan antara EBITDA dengan EAT (pendapatan bersih) yang tidak selisih jauh.
Maka supaya berhasil dalam memasuki era baru, Rhenald menyarakan agar pengusaha paham betul karakter manajemen dunia baru, ubah mindset dan lakukan transformasi mendasar.
"Jangan ikut-ikutan melakukan digitalisasi atau melakukan akuisisi startup sembarangan kalau struktur DNAnya masih oldpower," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
Terkini
-
Bank Indonesia : Pasokan Uang Tunai di Wilayah Bencana Sumatera Aman
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
-
Harga Emas Pegadaian Hari Ini 18 Desember 2025: Galeri 24 dan UBS Naik Tajam!
-
Cara Cek Penerima PIP 2026 Melalui HP dan Jadwal Pencairan Dana
-
Jaga Daya Beli dan Inflasi Pangan, AGP Gelar Pasar Murah di 800 Titik
-
Lonjakan Penipuan Digital Jadi Alarm, Standar Keamanan Siber Fintech Diperketat
-
Indonesia Kukuhkan Diri Jadi Episentrum Blockchain & Web3 Asia Tenggara
-
Pakar Ingatkan Risiko Harga Emas, Saham, hingga Kripto Anjlok Tahun Depan!
-
DPR Tegaskan RUU P2SK Penting untuk Mengatur Tata Kelola Perdagangan Aset Kripto
-
Mengapa Rupiah Loyo di 2025?