Suara.com - Kondisi pasar yang bergejolak telah mendorong berbagai bank sentral sedunia menuju titik kekhawatiran akibat terjadinya wabah Virus Corona atau COVID-19. Disebutkan bahwa inilah goncangan ekonomi global yang menghantam pada saat kemampuan perbankan diragukan dan investor didesak untuk bertindak.
Setelah terjadi perang dagang global, di mana para para pembuat kebijakan moneter telah menghabiskan "amunisi" mereka untuk menjaga ekonomi dunia yang lesu agar tidak tergelincir lebih jauh, kini mereka mesti menghadapi wabah Virus Corona yang ditakuti di seluruh penjuru dunia.
Dikutip dari Reuters, pada Jumat sore (28/2/2020), Jerome Powell, Kepala Federal Reserve menyatakan bahwa untuk sementara kondisi ekonomi Amerika Serikat tetap kuat, virus berisiko tetap berkembang biak, namun The Fed siap mengambil tindakan jika diperlukan.
"Federal Reserve memantau dengan cermat perkembangan dan implikasinya bagi prospek ekonomi. Kami akan menggunakan perangkat sendiri, dan bertindak sesuai kebutuhan untuk mendukung ekonomi," tukasnya.
Komentar ini muncul setelah para gubernur bank pusat di seluruh dunia menyatakan kondisi "wait and see" dan disimpulkan bahwa pernyataan yang dikeluarkan The Fed adalah tindakan untuk menenangkan pasar.
"The Fed menyamarkan pesan yang akan disampaikan, karena memberikan pernyataan soal virus yang membingungkan pasar," komentar Roberto Perli, pakar ekonomi makro dari Cornerstone.
"Kecuali bila virus bisa diatasi dengan cepat, penurunan suku bunga pada Maret dan seterusnya menjadi kasus dasar, terlepas dari komentar terbaru para pejabat," tandasnya.
Setelah komentar Jerome Powell, saham Amerika Serikat mengalami koreksi berupa pengurangan. Namun indeks S&P 500 masih ditutup lebih rendah untuk hari ketujuh berturut-turut. Seberapa besar amunisi yang dibutuhkan para bank pusat sedunia agar bisa bertahan, tetap menjadi pertanyaan.
Suku bunga Federal Reserve sudah berada di level rendah, dipangkas tiga kali tahun lalu ketika pemerintahan Donald Trump mengguncang pasar karena melakukan perang dagang dengan China. Bank Sentral Eropa dan Bank Jepang, dengan suku bunga di bawah nol, mungkin secara khusus berjuang untuk respons yang efektif terhadap masalah yang disebabkan Virus Corona.
Baca Juga: Karantina Corona WNI Diamond Princess Dipisah dengan World Dream di Sebaru
Kebijakan moneter dalam memperkuat permintaan dengan menurunkan biaya pinjaman, tidak mampu memulihkan rantai pasokan global yang telah berhenti. Juga tidak bisa meyakinkan publik soal keamanan melakukan perjalanan, sehingga di sektor bisnis tidak bisa mengadakan konvensi penjualan.
Goushi Kataoka, salah satu anggota sembilan dewan BOJ atau Bank of Japan mengatakan tidak perlu segera mengambil tindakan kebijakan moneter dalam menanggapi COVID-19.
"Saya tidak berpikir BOJ perlu mengambil langkah pelonggaran moneter tambahan, sebagai tanggapan terhadap wabah Virus Corona. Kami harus melihat seberapa serius dampak dari wabah itu," paparnya dalam sebuah konferensi pers, Kamis (27/2/2020).
Bankir sentral dalam beberapa tahun terakhir telah memperingatkan secara luas bahwa "toolkit" mereka dibatasi oleh suku bunga rendah secara global, dan keraguan bahwa pembelian obligasi dan strategi lainnya akan terbukti efektif dalam penurunan tajam lainnya. Mereka secara lebih terbuka mendesak otoritas fiskal untuk merencanakan penggunaan pajak dan pengeluaran pemerintah secara penuh untuk memikul beban tanggung jawab akan krisis.
Hingga taraf tertentu, pihak berwenang mengambil tindakan fiskal. Pejabat di Eropa bergerak untuk mempermudah kredit bisnis dan pajak yang lebih rendah dengan langkah sementara, dan pemerintahan Donald Trump ditekan para pemimpin kongres untuk menjabarkan secara lebih eksplisit setiap langkah fiskal yang mungkin diperlukan untuk meningkatkan perekonomian.
Pemotongan suku bunga Fed pada pertemuan 17-18 Maret mendatang dipandang sebagai langkah hampir pasti, dengan beberapa analis mengharapkan tindakan agresif dan bahkan mungkin langkah darurat untuk sementara. Beberapa harga pasar menunjukkan The Fed mungkin akan mendapatkan zero bound lagi pada tahun ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
Ignasius Jonan 2 Jam Bertemu Prabowo, Bahas Proyek Kereta Cepat Bareng AHY?
-
Jadwal Pembagian Dividen AVIA, Tembus Rp 600 Miliar untuk Pemegang Saham
-
BRI Peduli dan YBM BRILian Salurkan Bantuan Tanggap Darurat Banjir Sukabumi
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Menkeu Purbaya Sebut Krisis China Tak Mungkin, Singgung Sistem Komunis
-
Menkeu Purbaya Optimis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV Tembus 5,5 Persen
-
Produsen Vaksin Global Bakal Gunakan AI Demi Hadapi Pandemi Berikutnya
-
Suara dari Timur: Mengenang Ajoeba Wartabone dan Api Persatuan Indonesia
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi