“Bila kebutuhan untuk subsidi dan sektor pangan dalam negeri sudah terpenuhi dan stoknya dipastikan aman, baru kita akan menjual ke sektor komersil maupun ekspor,” jelas Aas
Penjualan pupuk komersil baik dalam negeri dan luar negeri di tahun 2019 adalah sebesar 3.896.130 ton atau 111,58% dari rencana. Pencapaian penjualan urea di sektor komersil lebih tinggi dari rencana karena tingginya permintaan di pasar ekspor, sekaligus sebagai strategi perusahaan untuk memanfaatkan momentum harga jual ekspor yang kompetitif.
Total pendapatan usaha sepanjang 2019 mencapai Rp 71,25 Triliun, mengalami peningkatan dibanding tahun 2018 yang mencapai Rp 69,44 Triliun.
“Di tahun 2019 kami juga mencatat kontribusi kepada negara sebesar Rp 6,52 triliun yang terdiri dari total pajak dan deviden,” ungkapnya.
Kinerja Lima Tahun
Aas menambahkan, adapun rasa syukur yang ketiga dipanjatkan karena Pupuk Indonesia Grup mampu menjaga pertumbuhan kinerja perusahaan dan kontribusinya terhadap ketahanan pangan nasional dalam lima tahun terakhir.
Dalam lima tahun terakhir atau periode 2015-2019, Pupuk Indonesia Grup mencatatkan pertumbuhan produksi produk pupuk mencapai 1 juta ton.
Dimana pada 2015 dan 2016 angka produksi berada di level 10 juta ton, kemudian meningkat sejak 2017 menjadi 11,4 juta ton, 11,6 juta ton pada 2018 dan 11,8 juta ton pada 2019.
Tren yang sama juga terjadi pada produksi produk non pupuk yakni amoniak. Pada 2015 produksi amoniak perseroan mencapai 5,5 juta ton, dan meningkat hingga 5,9 juta ton pada 2019.
Baca Juga: Tahun Ini, Alokasi Pupuk Subsidi untuk Sumenep Meningkat dari Sebelumnya
Penjualan produk pupuk dalam kurun lima tahun terakhir mencapai 61,7 juta ton yang terdiri dari penjualan pupuk subsidi sebesar 45,4 juta ton dan penjualan pupuk non subsidi sebesar 16,3 juta ton. Besaran penjualan pupuk bersubsidi sendiri selalu menyesuaikan dengan alokasi subsidi yang dimandatkan oleh Pemerintah.
Penggunaan pupuk menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan produksi pertanian padi di setiap tahunnya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, pada 2014 produksi padi berada pada angka 70 juta ton per tahun, dan tumbuh hingga menyentuh 82 juta ton di tahun 2018.
Kinerja keuangan konsolidasi pun terjaga dalam pertumbuhan yang baik. Pendapatan usaha bergerak fluktuatif namun tetap dalam tren yang bagus, dimana pada 2015 pendapatan perusahaan mencapai Rp 66,2 Triliun, sebesar Rp 64,1 Triliun pada 2016, Rp 58,9 Triliun pada 2017, Rp 69,4 Triliun dan Rp 71,2 Triliun pada 2019.
Nilai aset perusahaan tercatat terus tumbuh sejak tahun 2015 yang berada pada Rp 91,8 Triliun, menjadi Rp 138 Triliun pada 2018 dan kembali tumbuh pada 2019 menjadi Rp 135 Triliun.
Dalam operasionalnya, Pupuk Indonesia Grup mengedepankan pengelolaan lingkungan dengan baik dan disiplin. Hal itu ditunjukan dengan capaian predikat PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan setiap tahunnya.
"Upaya tersebut merupakan tanggung jawab kami terhadap lingkungan dan masyarakat. Secara konsisten mengedepankan keberlanjutan (sustainability) melalui tiga pilar yaitu Profit, People, dan Planet yang terwujud dalam aktivitas produksi yang ramah lingkungan dan pemberdayaan masyarakat untuk mencapai kemandirian, sekaligus sebagai wujud dari slogan BUMN Untuk Indonesia," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Aset Perbankan Syariah Pecah Rekor Tertinggi, Tembus Rp 1.028 Triliun
-
Biar Tak Andalkan Ekspor Mentah, Kemenperin Luncurkan Roadmap Hilirisasi Silika
-
CIMB Niaga Mau Pisahkan Unit Usaha Syariah Jadi BUS
-
Paylater Melejit, OJK Ungkap NPL Produk BNPL Lebih Tinggi dari Kredit Bank
-
Harga Cabai Rawit Merah Mulai Turun, Dibanderol Rp 70.000 per Kg
-
Rupiah Melesat di Senin Pagi Menuju Level Rp 16.635
-
Emas Antam Harganya Lebih Mahal Rp 2.000 Jadi Rp 2.464.000 per Gram
-
Jadi Buat Kampung Haji, Danantara Beli Hotel di Makkah
-
IHSG Masih Menghijau Pagi Ini, Simak Saham-saham Cuan
-
Irjen Kementan Kawal Distribusi Bantuan Langsung dari Aceh: Kementan Perkuat Pengawasan