Suara.com - Manajemen Pelaksana Program (PMO) Kartu Prakerja mengklaim bahwa program usulan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat tepat sasaran, hal tersebut terlihat dari survei yang telah dilakukan.
"Secara umum peserta Kartu Prakerja tepat sasaran, karena sebagian besar peserta dari kalangan muda yang masih panjang kontribusinya ke ekonomi," kata
Direktur Eksekutif PMO Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari dalam webinar, Rabu (14/10/2020).
Denni menjelaskan dari hasil survei tersebut, didapatkan bahwa sebanyak 79 persen penerima program Kartu Prakerja berusia 18 tahun hingga 35 tahun dengan 93 persen di antaranya memiliki ijasah SMA, sementara untuk usia di atas 55 tahun persentasenya hanya 2 persen.
Tak hanya itu kata dia, para peserta program Kartu Prakerja juga berasal dari kalangan pekerja informal yang kehilangan pendapatannya karena pandemi virus corona atau Covid-19 dan jumlahnya kata dia sebanyak 83 persen.
"Dengan nilai bantuan yang sebesar Rp 600.000 (per bulan), itu almost bisa membantu kebutuhan mereka per bulan," jelas dia.
Sebelumnya, Mantan Menteri Keuangan era Presiden SBY, Chatib Basri menilai bantuan sosial (bansos) berupa pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) lebih bermanfaat ketimbang program pemberian Kartu Prakerja.
Chatib berdalih, bahwa di tengah pandemi virus corona atau Covid-19 dimana aktivitas masyarakat terbatas bantuan berupa BLT lebih masuk akal ketimbang program pelatihan dalam Kartu Prakerja.
"Kalau saya liat yang paling efektif adalah program bantuan sosial/BLT, memang tantangan ada di data tapi bisa diperbaiki, bisa sempurna gak? Engga," kata Chatib dalam sebuah webinar, Selasa (13/10/2020).
Dirinya pun lantas membandingkan dengan program Kartu Prakerja yang ia nilai kurang efektif dalam memberikan stimulus bantuan terhadap masyarakat yang terkena dampak pandemi Covid-19.
Baca Juga: Mantan Menkeu Era SBY Sebut BLT Lebih Berguna dari Kartu Prakerja Jokowi
"Kartu Prakerja di kritik habis-habisan karena online programnya gak berguna, saya ngerti itu," katanya.
Dia bilang banyak dari peserta Kartu Prakerja terpaksa mengikuti program pelatihan, padahal program tersebut tidak begitu berguna bagi peserta.
"Tapi dia mau ikut terus supaya dapat uang dari Kartu Prakerja, sementara pelatihannya tidak dipedulikan," katanya.
Sehingga kata Chatib, program Kartu Prakerja bisa dijadikan parameter bahwa sebetulnya yang dibutuhkan masyarakat di tengah pandemi ini adalah sebuah bantuan yang sifatnya langsung atau tunai.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok