Suara.com - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengatakan, saat ini hampir sebagian besar produksi obat dalam negeri bahan bakunya berasal dari luar negeri.
"Betul dalam bentuk akhirnya atau kapsulnya sudah dibuat di Indonesia, tapi bahan bakunya 95 persen impor. Artinya itu cukup menguras devisa kita,” ujar Bambang dalam webinar ditulis, Minggu (8/11/2020).
Menurut Bambang, saat ini Indonesia masuk ke jajaran negara dengan biodiversity terbesar di dunia. RI hanya kalah dari Brazil.
“Indonesia adalah negara biodiversity yang terbesar di dunia, nomor dua. Kalau kita hitungnya yang ada di daratan, kalah dari Brasil.
Tapi, jika biodiversty Indonesia digabungkan antara laut dan daratan, Indonesia yang terbesar.
"Tapi kalau kita kombinasikan biodiversity di daratan dan lautan, maka Indonesia adalah nomor satu. Di lautan banyak sekali potensi bahan baku obat. Bahkan ada yang mengatakan di masa depan bahan baku obat itu adanya di laut, tidak lagi di darat,” kata dia.
Namun, lanjut dia, untuk memanfaatkan hal tersebut perlu dilakukan riset yang mendalam. Bahkan, hal itu tak mudah dilakukan dan akan memakan banyak biaya.
“Banyak yang mengeluhkan proses uji klinis itu lama dan mahal. Ini yang kadang-kadang membuat pihak yang mengembangkan OMAI (Obat Modern Asli Indonesia) ini agak terganggu untuk bisa terus sampai tahap akhir,” ungkapnya.
Selain itu, kata dia, untuk mengembangkan OMAI atau obat berbahan baku herbal di Indonesia diperlukan dukungan dan pengakuan dari pihak-pihak terkait.
Baca Juga: Vaksin Merah Putih untuk Covid-19 Ternyata Dikembangkan Enam Lembaga Ini
Salah satu caranya dengan memasukan OMAI ke dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Atas dasar itu, dia berharap Kementerian Kesehatan mau merevisi aturan dan memasukan OMAI ke dalam JKN.
“Tentunya di sini harus ada pemihakan dari Kemenkes, harus ada ketegasan bahwa kita harus memprioritaskan obat yang memang basisnya dari negara kita sendiri. Ini kekayaan kita yang luar biasa yang sangat sayang sekali kalau hanya jadi catatan atau data,” ujarnya.
Berita Terkait
-
Vaksin Merah Putih untuk Covid-19 Ternyata Dikembangkan Enam Lembaga Ini
-
Ini 6 Lembaga yang Kembangkan Vaksin Merah Putih
-
Vaksin Bukan Satu-satunya Solusi Penanganan Covid-19
-
Menristek: Ada 6 Versi Kandidat Vaksin Merah Putih Untuk Covid-19
-
Tahun 2021, Vaksin Merah Putih Akan Mulai Proses Uji Klinis Tahap I
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Hingga September BP Batam Sedot Investasi Rp54,7 Triliun
-
Bank Mandiri Klaim Sudah Salurkan Rp40,7 T Dana Menkeu Purbaya
-
Siap Perang Lawan Mafia Impor Pakaian Ilegal, Menkeu Purbaya: Saya Rugi Kalau Musnahin Doang!
-
Bahlil Minta Pemda Hingga BUMD Beri Pendampingan Pelaku Usaha Sumur Rakyat
-
Alasan IHSG Rontok Hampir 2 Persen pada Perdagangan Hari Ini
-
Tingkatkan Kompetensi SDM Muda, Brantas Abipraya & Kemnaker Jaring 32 Lulusan Terbaik se-Indonesia
-
Bank Mandiri Raih Laba Bersih Rp 37,7 Triliun Hingga Kuartal III-2025
-
5 Opsi Leasing untuk Cicilan Mobil Baru dan Bekas, Bunga Rendah
-
LPKR Manfaatkan Momentum Tumbuhnya Sektor Properti untuk Cari Pundi-pundi Cuan
-
Intip Strategi PIS Kembangkan SDM di Sektor Migas dan Perkapalan