- Pengembangan kecerdasan buatan berpotensi menciptakan lapangan kerja baru skala besar, terutama pada aktivitas pengumpulan data.
- Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan hal ini saat peluncuran program di Jakarta, Kamis (18/12/2025).
- Pekerjaan padat karya dalam ekosistem AI ini menawarkan remunerasi yang umumnya melebihi standar Upah Minimum Regional.
Suara.com - Pemerintah menilai pengembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) berpotensi membuka lapangan kerja baru dalam skala besar. Aktivitas pengolahan dan pengumpulan data disebut menjadi bagian penting dari ekosistem AI yang membutuhkan banyak tenaga kerja.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, pemanfaatan AI tidak hanya soal teknologi, tetapi juga menciptakan peluang kerja yang bersifat padat karya di sektor digital.
"AI itu untuk aplikasi daripada AI, itu yang terbanyak adalah collecting data," ujar Airlangga saat peluncuran Program Pelatihan Gig Economy dan AI Open Innovation Challenge di Jakarta, Kamis (18/12/2025).
Menurut Airlangga, proses pengumpulan data menjadi fondasi utama dalam pengembangan AI. Tanpa data yang memadai, sistem kecerdasan buatan tidak dapat berfungsi secara optimal.
"Dan pada saat meng-collect data itu adalah labor intensive," katanya.
Ia menuturkan, kebutuhan tenaga kerja dalam proses tersebut membuka ruang besar bagi keterlibatan sumber daya manusia, khususnya generasi muda, dalam ekosistem ekonomi digital.
"Karena AI tanpa collecting data menjadi AI bodoh," imbuh Airlangga.
Airlangga menyebut, Indonesia memiliki modal sumber daya manusia yang besar untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja di sektor AI. Aktivitas pengumpulan data dinilai dapat menyerap banyak pekerja dengan beragam latar belakang keterampilan.
Lebih lanjut, Ia menyoroti tingkat pendapatan di sektor tersebut yang relatif lebih tinggi dibandingkan pekerjaan konvensional. Menurutnya, pekerjaan di ekosistem AI menawarkan remunerasi yang kompetitif. "Dan ini bisa mempekerjakan banyak orang," kata Airlangga.
Baca Juga: Tim Indonesia Sudah di AS, Airlangga Menyusul Negosiasi Tarif Lusa
Bahkan, upah yang diterima pekerja di sektor ini umumnya melampaui standar upah minimum regional. "Dan salary-nya biasanya di atas UMP," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
-
Pengguna PLTS Atap Meningkat 18 Kali Lipat, PLN Buka Kouta Baru untuk 2026
-
Bank Dunia Ingatkan Menkeu Purbaya: Defisit 2027 Nyaris Sentuh Batas Bahaya 3%
-
Jadi Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia, John Herdman Punya Kesamaan Taktik dengan STY
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
Terkini
-
Jelang Akhir Tahun, BSI Siapkan Uang Tunai Rp15,49 Triliun
-
Hans Patuwo Resmi Jabat CEO GOTO
-
Airlangga Siapkan KUR Rp10 Triliun Biayai Proyek Gig Economy
-
Pengguna PLTS Atap Meningkat 18 Kali Lipat, PLN Buka Kouta Baru untuk 2026
-
Pabrik VinFast Subang Digeruduk Massa Sehari Usai Diresmikan, Minta 'Jatah' Lokal
-
Bank Dunia Ingatkan Menkeu Purbaya: Defisit 2027 Nyaris Sentuh Batas Bahaya 3%
-
Investor ADRO Dapat Jatah Dividen Rp 4 Triliun, Kapan Mulai Cair?
-
Apa Itu e-Kinerja BKN? Ini Cara Akses dan Fungsinya dalam Pembuatan SKP
-
Panduan Daftar NPWP Online 2025 Lewat Coretax
-
Trump Berulah! AS Blokade Tanker Venezuela, Harga Minyak Mentah Meroket Tajam