Suara.com - Handika Prasetya tidak pernah menyangka harus kesulitan menjalani usahanya berjualan peyek tahun ini. Setelah hampir 3 tahun tak mengalami kendala berarti dalam berjualan peyek bersama orangtuanya, kini ia harus menghadapi masalah yang juga menjadi urusan bersama masyarakat dunia, pandemi Covid-19.
Akibat pandemi, usaha lelaki berusia 25 tahun ini mengalami penurunan omzet yang signifikan. Jika pada masa normal Handika bisa meraup penghasilan kotor Rp 1 juta setiap bulan, maka sejak Maret lalu, pendapatannya merosot hingga rata-rata Rp 300 ribu tiap bulan.
“Omzet usaha saya turun drastis, karena biasa dominan pembeli dari orang kerja di bandara, karena rumah dekat bandara. Nah, pekerja di bandara kan banyak yang kena PHK (pemutusan hubungan kerja) dan nggak masuk kerja normal, jadi berpengaruh,” ujarnya.
Usaha peyek Handika berlokasi di kawasan Kebon Pala, Halim, Jakarta Timur. Usaha ayah satu anak ini hingga sekarang, masih sangat tergantung dengan kehadiran pembeli secara luring, karena pemasaran peyeknya masih dilakukan dari warung ke warung.
Selama pengunjung warung makan berkurang, maka pemesanan peyek buatannya juga menurun. Handika mengaku, saat ini kondisi usahanya memang sudah membaik, tapi omzet per bulan belum sebesar biasanya.
Perbaikan omzet yang belum maksimal ini membuatnya harus banyak berhemat dan hidup seadanya, serta mengandalkan bantuan pendapatan dari usaha lain orangtuanya.
“Setelah PSBB (pembatasan sosial berskala besar), omzet sudah naik jadi sekitar Rp 300-500 ribu. Untuk makan sehari-hari sih cukup, karena orangtua saya juga ada usaha kontrakan,” ujarnya.
Beruntung, di tengah kesulitan yang sedang melanda, Handika mendapat tawaran pembiayaan dari Bank BRI. Melalui bantuan seorang mantri, BRI menawarkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Super Mikro kepada Handika.
Penawaran ini muncul, karena orangtuanya merupakan nasabah setia BRI. Program KUR Super Mikro yang ditawarkan kepada Handika cukup terjangkau dan mudah prosedurnya.
Baca Juga: Bank BRI Perkenalkan BRIBrain dalam IIAIS 2020
Ia mengaku, hanya perlu memenuhi syarat-syarat administrasi yang mudah dan sedikit demi mendapat pinjaman ini. Dengan proses yang singkat, Handika berhasil mendapat pinjaman KUR Super Mikro dari BRI.
Dia mengambil pembiayaan dengan tenor 18 bulan.
“Mantri BRI baik, sangat membantu ketika mendaftar hingga pinjaman cair. Saya jelas terbantu dari pinjaman ini. Situasi lagi sulit begini, keuangan dan ekonomi menjadi tidak stabil. Saya akan gunakan pinjaman BRI untuk kelanjutan usaha, pokoknya uangnya diputar deh untuk hal-hal baik dan agar usaha tidak tutup,” tuturnya.
Handika merupakan satu dari 590 ribu orang yang menjadi debitur KUR Super Mikro BRI. Hingga Oktober lalu, BRI sudah menyalurkan Rp 5,20 triliun KUR Super Mikro ke 590 ribu debitur di seluruh Indonesia.
Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari mengungkapkan, penyaluran KUR Super Mikro akan terus dioptimalkan BRI hingga kondisi perekonomian nasional membaik. Melalui pinjaman ringan ini, pelaku usaha Ultra Mikro diharap bisa mempertahankan usahanya dan segera pulih akibat dampak pandemi Covid-19.
“Penyaluran KUR Super Mikro adalah bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). BRI tidak membatasi debitur KUR Super Mikro hanya untuk pengusaha kecil yang berpengalaman usaha. Pengusaha Ultra Mikro baru bisa mendapat fasilitas ini, jika memenuhi persyaratan seperti mengikuti program pendampingan, tergabung dalam kelompok usaha, atau anggota keluarganya ada yang memiliki usaha,” ujar Supari.
Sesuai namanya, KUR Super Mikro dikhususkan untuk nasabah pelaku usaha Ultra Mikro, atau korban PHK dan ibu rumah tangga yang memiliki usaha produktif. Selain demi membantu pemulihan kondisi ekonomi nasional, KUR Super Mikro juga disalurkan BRI sebagai cara perusahaan memperluas penetrasi layanan perbankan ke masyarakat Indonesia.
“Pembiayaan bagi mereka diharap dapat membantu pemulihan kondisi ekonomi, dan mencegah semakin banyaknya pelaku usaha yang gulung tikar serta masyarakat yang jatuh miskin karena Covid-19,” tutupnya.
Berita Terkait
-
7 Dokter di Sulawesi Selatan yang Meninggal Karena Covid-19
-
Gunakan Metode Tradisional, Begini Cara Kerja Vaksin AstraZeneca
-
Update Covid-19 Global: Indonesia Peringkat ke-4 Terbanyak di Asia
-
Susul Moderna dan Pfizer, Vaksin Covid-19 AstraZeneca 90% Disebut Efektif
-
Kemarin, Buleleng Tanpa Kasus Positif COVID-19
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Antam Impor 30 Ton Emas dari Singapura, DPR Minta Kemendag dan Kemenperin Batasi Ekspor Emas
-
Inalum Akan Ambil Alih Tambang Bauksit Antam
-
Indonesia Pasar Kripto Terbesar Kedua di Asia Pasifik
-
Antrean Haji Semakin Panjang, Perencanaan Keuangan Sejak Belia Kian Penting
-
BRI Resmikan Regional Treasury Team Medan untuk Perkuat Layanan Keuangan di Sumatera
-
Mengenal Cropty Wallet, Dompet Kripto bagi Pemula yang Antiribet dan Hadirkan Berbagai Keunggulan
-
Penambangan Tanpa Izin Jadi Ancaman, Kopsindo Dukung Pemerintah untuk Lakukan Penertiban
-
Rupiah Ditutup Menguat Senin Sore, Ini Pemicunya
-
Adrian Gunadi Telah Ditangkap, Daftar Tersangka Kasus di Sektor Keuangan yang Masih Buron
-
Antam Impor 30 Ton Emas dari Singapura dan Australia