Suara.com - Harga emas merosot 2,2 persen karena lonjakan imbal hasil obligasi AS dan data ekonomi Amerika yang lebih baik dari ekspektasi mengurangi permintaan untuk logam safe-haven itu.
Mengutip CNBC, Jumat (26/2/2021) harga emas di pasar spot anjlok 1,8 persen menjadi 1.772,86 dolar AS per ounce setelah sebelumnya menyentuh level terendah sejak 19 Februari di 1.765,06 dolar AS per ounce.
Sedangkan emas berjangka Amerika Serikat ditutup menyusut 1,3 persen menjadi 1.775,40 dolar AS per ounce.
"Kita melihat imbal hasil obligasi bergerak lebih tinggi selama beberapa pekan terakhir dan sekali lagi telah menghilangkan kepercayaan diri di pasar emas," kata David Meger, Direktur High Ridge Futures.
Kendati emas sering dicari sebagai lindung nilai terhadap inflasi, yield obligasi yang lebih tinggi mengikis status tersebut karena meningkatkan opportunity cost untuk memegang logam kuning.
Kenaikan suku bunga riil baru-baru ini merupakan tanda meningkatnya optimisme tentang pemulihan dan tidak memerlukan tanggapan dari Federal Reserve, kata Presiden The Fed Kansas City, Esther George, menggemakan kesaksian Chairman Jerome Powell.
"Meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah setidaknya merupakan bearish jangka pendek bagi pasar logam mulia," kata analis Kitco Metals, Jim Wyckoff.
Sementara itu, data menunjukkan lebih sedikit warga Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran pekan lalu.
Emas telah turun 6 persen sepanjang tahun ini setelah membukukan tahun terbaiknya dalam satu dekade pada 2020 karena kekhawatiran seputar virus corona, suku bunga yang lebih rendah dan langkah-langkah stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga: Penampakan Lokasi Tambang Emas yang Menimbun Puluhan Warga di Parigi
"Ada faktor pendukung lain untuk penguatan emas (termasuk) prospek paket stimulus lainnya. Kita belum keluar dari masalah dalam hal pemulihan ekonomi dan The Fed tidak mungkin menaikkan suku bunga dalam waktu dekat," kata Meger lagi.
Perak menyusut 1,9 persen menjadi 27,46 dolar AS per ounce, dan platinum jatuh 3,5 persen menjadi 1.224,14 dolar AS per ounce. Paladium tergelincir 1,1 persen menjadi 2.408,98 dolar AS per ounce, setelah mencapai level tertinggi dalam hampir dua bulan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Purbaya Mau Ubah Rp 1.000 Jadi Rp 1, RUU Redenominasi Rupiah Kian Dekat
-
Purbaya Mau Ubah Rp1.000 jadi Rp1, Menko Airlangga: Belum Ada Rencana Itu!
-
Pertamina Bakal Perluas Distribus BBM Pertamax Green 95
-
BPJS Ketenagakerjaan Dapat Anugerah Bergengsi di Asian Local Currency Bond Award 2025
-
IPO Jumbo Superbank Senilai Rp5,36 T Bocor, Bos Bursa: Ada Larangan Menyampaikan Hal Itu!
-
Kekayaan Sugiri Sancoko, Bupati Ponorogo yang Kena OTT KPK
-
Rupiah Diprediksi Melemah Sentuh Rp16.740 Jelang Akhir Pekan, Apa Penyebabnya?
-
Menteri Hanif: Pengakuan Hutan Adat Jadi Fondasi Transisi Ekonomi Berkelanjutan
-
OJK Tegaskan SLIK Bukan Penghambat untuk Pinjaman Kredit
-
Tak Ada 'Suntikan Dana' Baru, Menko Airlangga: Stimulus Akhir Tahun Sudah Cukup!