Suara.com - Rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah plastik dengan baik menjadi masalah yang belum kunjung bisa terpecahkan. Berangkat dari permasalahan tersebut, CEO sekaligus Co-Founder Octopus, Moehammad Ichsan kemudian membuat aplikasi Octopus yang memungkinkan penggunanya menyetorkan kemasan bekas pakai untuk didaur ulang.
Pengguna, dengan target utama anak muda yang sudah peduli lingkungan, akan mendapat imbalan seperti voucher potongan harga saat membeli kopi-kopi kekinian.
"Aplikasi pengumpulan kemasan bekas pakai, berkembang pesat seiring makin tingginya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, terutama memberdayagunakan produksi sampah secara sistematis," ujar Ichsan dalam diskusi Solusi Inovatif dan Public Private Partnership dalam Implementasi Ekonomi Sirkular yang digelar Danone ditulis Selasa (6/7/2021).
Saat ini, jelas Ichsan, Octopus memiliki 3 mobile apps, yaitu untuk pengguna (consumers), pelestari (waste collectors), dan pebisnis produksi sampah (checkpoints).
Ketiga aplikasi ini telah besinergi sangat baik, hingga selama 6 bulan terakhir, Octopus telah berhasil mengumpulkan 9,9 juta produk sampah dari para pengguna. Yang membanggakan, salah satu pelestari Octopus meraih penghasilan sejumlah 10,4 juta rupiah dalam satu bulan pada Oktober 2020.
"Dengan alasan kami ingin mulai berinovasi dari Indonesia bagian timur. Mengenai bagaimana cara-cara sampah yang dikonsumsi tidak lari ke tempat sampah ataupun dibuang, tapi bisa menjadi penggerak industri daur ulang yang dapat meningkatkan aktifitas sirkular ekonomi," kata Ichsan.
Hingga saat ini Octopus Indonesia memiliki 35 ribu pengguna aplikasi, 1.600 mitra pengepul dan bank sampah tempat Pelestari menyetorkan sampah yang diangkut. Aplikasi Octopus telah hadir di kota Makassar, Badung (Bali), Gianyar (Bali), Denpasar, dan akan segera hadir di Bandung.
Dalam kesempatan yang sama, CEO PT Reciki Solusi Indonesia, Bhima Aries Diyanto mengatakan, pengelolaan sampah harus maksimal dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Untuk itu, perlu dicarikan solusi yang lebih optimal agar jumlah sampah bisa terkendali dan mendatangkan manfaat yang lebih besar.
"Sampah yang ditampung dilakukan sorting yakni sampah organik dan sampah plastik. Sampah organik kemudian dilakukan daur ulang menjadi kompos yang akan disalurkan kepada masyarakat secara gratis. Sedangkan sampah plastik dipilah menjadi sampah high value dan sampah low value yang masih bisa di daur ulang sedangkan sisanya yang sudah tidak dapat diolah masuk ke TPA," ujarnya.
Baca Juga: Cara Komunitas Sungai Watch Bersihkan Sungai di Bali dari Sampah Plastik
Menurut dia, untuk mengatasi masalah sampah salah satunya dengan penerapan sampah sirkular. Dibandingkan dengan pengolahan sampah linear, kata dia, pengolahan sampah sirkular membentuk ekonomi sirkular, menggunakan sedikit lahan TPA, membuka lapangan kerja baru dan menyuburkan tanah.
Namun, kata dia, pengolahan sampah sirkular juga ada kekurangannya lebih mahal, rumit dan memakan waktu. "Butuh perubahan perilaku masyarakat untuk memilah sampah," bebernya.
Menurut dia, untuk menciptakan ekonomi sirkular ini perlu multikilaborasi, inovasi dan teknologi, dan produksi rendah karbon. Tidak lupa juga investasi. Terkait masalah pendanaan, pemerintah bisa menggandeng sektor privat atau Public Private Partneship (PPP).
PT Reciki Solusi Indonesia yang mengoperasikan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sampahku Tanggungjawabku (Samtaku) terbesar di Jawa Timur. TPST dibangun di Desa Tambakrigadung Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan di atas lahan seluas 5500 meter persegi dan mampu menampung 60 ton sampah per harinya.
Dijalankan tujuh orang di bawah management PT Reciki Solusi Indonesia, fasilitas ini mampu melayani pelanggan yang terdiri dari 15000 kepala keluarga dan perkantoran di kawasan industri Lamongan.
Sejak dioperasikan pada Bulan Mei hingga Agustus 2020, TPST mampu mengurangi laju sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tambak Rigadung Kecamatan Lamongan dan Dadapan Kecamatan Solokuro sebesar 18%.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
BPJS Kesehatan Luncurkan Gerak Sehat Prolanis: Dorong Masyarakat Aktif Cegah Penyakit Kronis
-
ASEAN dan China Upgrade FTA Versi 3.0, Hapus Hambatan Non-Tarif dan Buka Akses UMKM
-
Potensi EBT Melimpah, Pemerintah Sinkronisasi Aturan Soal Transisi Energi
-
Mau Lepas Ketagihan Impor LPG, Bahlil Mulai Proyek Hilirisasi Batu Bara Jadi DME pada 2026
-
Rupiah Dibuka Stagnan Pada Awal Pekan Ini
-
Ancaman Tarif AS Kian Nyata! BI Waspada, Aliran Modal Asing dari Emerging Market Terus Berfluktuasi
-
OJK Umumkan 5 Bank Telah Gulung Tikar
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
SPBU Pertamina Diminta Perbanyak Improvisasi Layanan, dari Toilet hingga Fasilitas Instagramable
-
Emas Antam Terjungkal, Harganya Rp 2.327.000 per Gram Hari Ini