Suara.com - Harga minyak dunia melemah pada perdagangan hari Kamis, setelah Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan penyebaran varian Delta virus corona akan memperlambat pemulihan permintaan minyak global.
Mengutip CNBC, Jumat (13/8/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 13 sen menjadi 71,31 dolar AS per barel. Sebelumnya, Brent melesat setingginya 71,90 dolar AS per barel.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), berkurang 16 sen menjadi menetap di 69,09 dolar AS per barel.
Laporan bulanan pengawas energi internasional itu mengatakan peningkatan permintaan minyak berbalik arah pada Juli, dan akan berlanjut lebih lambat untuk sisa tahun ini setelah gelombang terbaru infeksi Covid-19 mendorong banyak negara untuk memberlakukan pembatasan lagi.
"Pertumbuhan untuk paruh kedua 2021 telah diturunkan lebih tajam, karena pembatasan Covid-19 terbaru yang diberlakukan di beberapa negara konsumen minyak utama, terutama di Asia, tampaknya akan mengurangi mobilitas dan penggunaan minyak," kata IEA yang berbasis di Paris.
"Kami sekarang memperkirakan permintaan turun pada Juli karena penyebaran cepat varian Delta Covid-19 mengganggu pengiriman di China, Indonesia, dan bagian lain di Asia," tambahnya.
IEA menempatkan penurunan permintaan bulan lalu di 120.000 barel per hari (bph) dan memperkirakan pertumbuhan akan menjadi setengah juta bph lebih rendah pada semester kedua dari ekspektasi bulan lalu, mencatat beberapa perubahan disebabkan oleh revisi data.
"Laporan IEA itu tampaknya menunjukkan kita akan melihat permintaan sedikit melemah karena wabah Covid dan karena itu akan mengurangi kemungkinan yang disebut siklus super dalam minyak," kata Phil Flynn, analis Price Futures Grup di Chicago.
Dalam laporan bulanannya yang juga dirilis Kamis, Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) tetap berpegang pada prediksi pemulihan yang kuat dalam permintaan minyak dunia pada 2021 dan 2022, meski ada kekhawatiran tentang penyebaran virus tersebut.
Baca Juga: Biden Batal Dorong Kenaikan Produksi,Harga Minyak Lanjutkan Reli
Itu terjadi sehari setelah Amerika Serikat mendesak OPEC dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC Plus, untuk meningkatkan produksi guna mengatasi kenaikan harga bensin, yang dilihatnya sebagai ancaman bagi pemulihan ekonomi global.
OPEC setuju pada Juli untuk meningkatkan produksi setiap bulan sebesar 400.000 bph dibandingkan bulan sebelumnya, mulai Agustus, hingga sisa pemotongan 10 juta bph, sekitar 10% dari permintaan dunia, yang dibuat pada 2020 dihapuskan.
"Pemerintahan Joe Biden mengatakan peningkatan produksi yang baru-baru ini disepakati tidak akan sepenuhnya mengimbangi pengurangan produksi sebelumnya yang diberlakukan selama pandemi," kata ANZ.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Jelang Akhir Tahun Realisasi Penyaluran KUR Tembus Rp240 Triliun
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
BRI Insurance Bidik Potensi Pasar yang Belum Tersentuh Asuransi
-
Cara SIG Lindungi Infrastruktur Vital Perusahaan dari Serangan Hacker
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis
-
Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
-
Rincian Pajak UMKM dan Penghapusan Batas Waktu Tarif 0,5 Persen
-
Tips Efisiensi Bisnis dengan Switchgear Digital, Tekan OPEX Hingga 30 Persen
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025