Suara.com - Harga minyak anjlok lebih dari 2 persen ke level terendahnya sehingga memperpanjang penurunan tajam minggu lalu.
Selain itu dukungan penguatan dolar AS dan kekhawatiran bahwa pembatasan baru terkait virus corona di Asia, terutama China, dapat memperlambat pemulihan permintaan bahan bakar global.
Mengutip CNBC, Selasa (10/8/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup merosot 1,66 dolar AS atau 2,4 persen menjadi 69,04 dolar AS per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut 1,80 dolar AS atau 2,6 persen menjadi menetap di posisi 66,48 dolar AS per barel.
Itu adalah penutupan terendah bagi kedua benchmark tersebut sejak 19 Juli. Dalam perdagangan intraday, WTI jatuh ke level terendah sejak Mei.
Sejumlah bank Wall Street, Goldman Sachs, JPMorgan dan Morgan Stanley, semuanya memangkas perkiraan pertumbuhan China, setelah pertumbuhan ekspor melambat secara tak terduga dan di tengah kekhawatiran bahwa virus korona yang bangkit kembali dapat menghambat aktivitas ekonomi.
China melaporkan 125 kasus baru Covid-19, naik dari 96 sehari sebelumnya. Di Malaysia dan Thailand, infeksi mencapai rekor harian.
Pertumbuhan ekspor China melambat lebih dari ekspektasi pada Juli setelah meningkatnya kasus Covid-19 dan banjir besar, sementara pertumbuhan impor juga lebih lemah dari perkiraan.
Impor minyak mentah China merosot pada Juli dan turun tajam dari level rekor Juni 2020.
Baca Juga: Harga Minyak Sawit Mentah Turun, Dampak Stok Berlebih dan Minyak Kedelai
Reli Indeks Dolar AS (Indeks DXY), yang mencapai level tertinggi hampir tiga pekan terhadap sekeranjang mata uang lainnya, juga membebani harga minyak setelah laporan ketenagakerjaan Amerika, Jumat, yang lebih kuat dari perkiraan memicu spekulasi bahwa Federal Reserve dapat bergerak lebih cepat untuk memperketat kebijakan moneter.
Apresiasi dolar AS membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Presiden Federal Reserve Bank Atlanta, Raphael Bostic, mengatakan ekonomi Amerika membaik lebih cepat dari ekspektasi dan inflasi sudah pada titik yang dapat memenuhi satu langkah ujian utama untuk awal kenaikan suku bunga.
Permintaan bahan bakar di India, sementara itu, naik pada Juli ke level tertinggi sejak April karena pelonggaran pembatasan pandemi dan penguncian di sebagian besar negara bagian, meningkatkan aktivitas industri dan mobilitas.
Analis mengatakan pasar minyak sedang mencari arah dari data bulanan yang akan dirilis pekan ini - Badan Informasi Energi Amerika pada Selasa, serta Organisasi Negara Eksportir Minyak dan Badan Energi Internasional pada Kamis.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Jelang Akhir Tahun Realisasi Penyaluran KUR Tembus Rp240 Triliun
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
BRI Insurance Bidik Potensi Pasar yang Belum Tersentuh Asuransi
-
Cara SIG Lindungi Infrastruktur Vital Perusahaan dari Serangan Hacker
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis
-
Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
-
Rincian Pajak UMKM dan Penghapusan Batas Waktu Tarif 0,5 Persen
-
Tips Efisiensi Bisnis dengan Switchgear Digital, Tekan OPEX Hingga 30 Persen
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025