Suara.com - Petani di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara, terancam gagal panen gegara serangan hama tikus yang menyerang ladang.
"Kami hanya pasrah. Kalaupun dapat 20 atau 30 persen hasil panen sudah syukurlah itu," ujar Ellyyani, Ketua Kelompok Tani Wanita Cempaka Desa Sorimanaon, Kecamatan Angkola Muaratais.
Ia menjelaskan, dalam dua pekan ke belakang serangan hama tikus telah merusak ratusan hektare tanaman padi petani. Anehnya, tikus menyerang tanaman padi 10 - 45 hari setelah tanam.
"Upaya pembasmian tikus seolah tak mempan saking banyaknya yang diduga bermigrasi dari areal persawahan tetangga. Sementara warga sini bergantung hidup dari pertanian," ungkap Elly,saat menghubungi ANTARA, Kamis (26/8) malam.
Disampaikan Koordinator BPP Huta Holbung, Kecamatan Angkola Muaratais, Erwin, tidak hanya tikus, dalam beberapa bulan belakangan serangan hama wereng juga merusak tanaman.
"Hama tikus ini siklus lima tahunan, dan sebelum musim tanam kita sudah ingatkan petani bahkan kita mengajak dan melakukan perburuan," katanya.
Desa Purba Nauli, Desa Tatengger, Desa Sorimanaon, Desa Pangaribuan, Angkola Muaratais (satu hamparan) memiliki luas tanam sawah 441 hektare (ha).
"Sejumlah dari luas sawah 441 ha itu sudah mulai rusak dihantam hama tikus, dan terjadinya puso atau gagal panen cukup berpotensi," katanya.
Koordinator POPT-PHP Angkola Muaratais dan Batang Angkola Ali Husni mengatakan pihaknya bersama BPP dan masyarakat sudah berupaya melakukan pembasmian hama tikus di wilayah kerjanya namun serangan tikus semakin brutal.
Baca Juga: Cara Memberantas Hama Kutu Putih pada Aglonema
"Pemakaian tiran, racun tikus dan berburu sudah kita lakukan, hanya saja serangan tikus luar biasa. Kita akan terus bekerja secara optimal. Tikus-tikus itu bermigrasi dari areal sawah yang lebih dulu panen," jelasnya.
Untuk diketahui wilayah Kecamatan Angkola Muaratais dan Kecamatan Batang Angkola memiliki luas baku sawah 2.689 ha. Sekarang sedang musim tanam padi.
Berita Terkait
-
Hasil Panen Petani Kopi di Lampung Meningkat 2 Ton Lebih Per Hektare
-
Harga Cabai Merosot, Petani di Kalasan Bagi-Bagi Cabai ke Masyarakat
-
7 Penyebab Daun Calathea Menjadi Keriting dan Langkah Perawatannya
-
Alternatif Pestisida, Minyak Mimba Ampuh Basmi Hama Lahan Pertanian di Mali
-
Buah Dari Surga yang Ditanam Petani Sukabumi Ini Punya Banyak Khasiat
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
Terkini
-
Ambisi Bank Jakarta Perluas Ekosistem Digital
-
AFPI: Pemberantasan Pinjol Ilegal Masih Menjadi Tantangan Dulu dan Sekarang
-
IHSG Berpeluang Rebound, Isu Pangkas Suku Bunga The Fed Bangkitkan Wall Street
-
Berapa Gaji Pertama PPPK Paruh Waktu Setelah SK Diterima, Lebih dari dari UMR?
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Ekonomi Awal Pekan: BI Rate Bertentangan Konsensus Pasar, Insentif Jumbo Pacu Kredit
-
SK PPPK Paruh Waktu 2025 Mulai Diserahkan, Kapan Gaji Pertama Cair?
-
Menkeu Purbaya Mau Hilangkan Pihak Asing di Coretax, Pilih Hacker Indonesia
-
BPJS Watch Ungkap Dugaan Anggota Partai Diloloskan di Seleksi Calon Direksi dan Dewas BPJS
-
Proses Bermasalah, BPJS Watch Duga Ada Intervensi DPR di Seleksi Dewas dan Direksi BPJS 20262031