Suara.com - Harga minyak dunia turun setelah Arab Saudi memangkas harga jual terhadap kontrak minyak mentah untuk Asia.
Mengutip CNBC, Selasa (7/9/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup menyusut 39 sen menjadi 72,22 dolar AS per barel.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate terakhir berkurang 40 sen menjadi 68,89 dolar ASper barel. Tak ada setelmen di Amerika karena pasar ditutup untuk hari libur nasional, Senin.
Raksasa migas Saudi Aramco memberi tahu pelanggan dalam sebuah pernyataan, Minggu, bahwa mereka akan memotong harga jual resmi (OSP) Oktober untuk semua grade minyak mentah yang dijual ke Asia, wilayah pembelian terbesarnya, setidaknya 1 dolar AS per barel.
"Ketika raksasa Saudi memangkas harga jualnya ke Asia untuk Oktober, menandakan bahwa hubungan penawaran-permintaan sedikit bergeser, pedagang tidak bisa tidak mengikuti jalan itu hari ini (Senin)," kata Bjornar Tonhaugen, Kepala Pasar Minyak di Rystad Energy.
Pasokan minyak global melesat karena Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC Plus, meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari (bph) setiap bulan antara Agustus dan Desember.
Penurunan sebelumnya dalam minyak mentah berjangka menambah kejatuhan pada sesi Jumat setelah laporan ketenagakerjaan Amerika yang lebih lemah dari perkiraan menunjukkan pemulihan ekonomi yang tidak merata, yang dapat menandakan permintaan bahan bakar lebih lambat selama pandemi yang bangkit kembali.
Kerugian tertahan oleh kekhawatiran bahwa pasokan Amerika akan tetap terbatas setelah Badai Ida.
Pemerintah AS melepaskan minyak mentah dari cadangan minyak strategis karena produksi di Pantai Teluk Amerika belum pulih kembali. Sekitar 1,5 juta barel minyak dan 1,8 miliar kaki kubik output gas alam tetap offline, berdasarkan data pemerintah yang dirilis Jumat, sementara kekurangan pasokan listrik menghambat sejumlah pengilangan untuk melanjutkan operasi.
Baca Juga: Permintaan Tinggi, Harga Minyak Dunia Kembali Naik
Badai itu juga menyebabkan perusahaan energi Amerika pekan lalu memangkas jumlah rig minyak dan gas yang beroperasi untuk pertama kalinya dalam lima minggu, data dari Baker Hughes menunjukkan, Jumat. Jumlah rig minyak saja turun paling banyak sejak Juni 2020.
Berita Terkait
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
-
KPK Bongkar Peringkat Koruptor: Eselon dan DPR Kejar-kejaran, Swasta Nomor Berapa?
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgub Jakarta?
Terkini
-
Kisah Harjo Sutanto: Orang Terkaya Tertua, Pendiri Wings Group
-
Syarat Impor iPhone 17 Dibongkar Mendag, Apple Harus Lakukan Ini Dulu
-
Setelah Sawit, BPDP Sasar Hilirisasi Kelapa dan Kakao
-
5 Fakta Sopir Bank Jateng Bawa Kabur Rp 10 M, Momen Ditinggal ke Toilet Jadi Kunci
-
Kasus Bank Century: Dulu Seret Nama Sri Mulyani, Bagaimana Nasib Uang Nasabah?
-
Tips Pilih Developer Rumah Terbaik 2025, Biar Tidak Menyesal di Kemudian Hari
-
Kabar Gembira! Pemerintah Bakal Beri Subsidi Gaji untuk Pekerja Bergaji di Bawah Rp10 Juta!
-
Ekonom UI Kritik Rencana Suntikan Rp200 T ke Bank: Salah Sasaran, Masalahnya Lemahnya Permintaan
-
Promo Voucher Potongan Rp5.000 Alfamart: Stok Minyak Goreng Aman Sampai Akhir Bulan!
-
Sudah 5 Hari, 7 Pekerja Masih Terjebak di Tambang Bawah Tanah Freeport