Suara.com - OPEC+ memperkirakan pasar minyak akan mengalami defisit setidaknya hingga akhir 2021. Sementara, stok tetap relatif rendah hingga Mei 2022 di tengah tekanan AS untuk meningkatkan produksi.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin Rusia, atau yang dikenal sebagai OPEC+ diagendakan akan mengadakan pertemuan pada hari ini, rabu (1/9/2021) terkait kebijakan terbaru.
Dikutip dari Reuters, pertemuan itu akan menghasilkan kebijakan baru tanpa terpengaruh dengan desakan dari AS atas permintaan lebih banyak minyak.
Meski demikian, pasar minyak diperkirakan akan makin ketat memperkuat kemungkinan bahwa OPEC+ akan meningkatkan produksi lebih cepat karena harga minyak acuan Brent mendekati 73 dolar per barel. Harga itu tidak jauh dengan harga tertinggi selama beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan sumber yang sama, diperkirakan akan terjadi defisit 0,9 juta barel per hari (bph) pada tahun ini karena permintaan global pulih dari pandemi Virus Corona, sementara OPEC+ secara bertahap mengembalikan tingkat produksi.
Sebelumnya, ada kabar yang menyebut adanya surplus 2,5 juta barel per hari pada 2022, tetapi kemudian direvisi lebih rendah menjadi surplus 1,6 juta barel per hari, menurut sumber tersebut.
Akibatnya, persediaan minyak komersial di negara-negara OECD akan tetap di bawah rata-rata 2015-2019 hingga Mei 2022, bertentangan dengan perkiraan awal untuk Januari 2022, menurut presentasi JTC, kata sumber tersebut.
JTC memperkirakan permintaan minyak global akan tumbuh sebesar 5,95 juta barel per hari tahun ini dan sebesar 3,28 juta barel per hari tahun depan. Belum diketahui apakah angka-angka itu telah direvisi dalam laporan terbaru.
Berita Terkait
-
Lepas Landas Dari Kapal Induk, Helikopter Militer AS Mendadak Terjun ke Laut
-
Harga Minyak Dunia Terus Merosot Imbas Badai Ida yang Melemahkan Permintaan
-
Ngeri! Pasukan AS Pergi, Orang-orang Taliban Arak Peti Mati Berbendera Amerika Serikat
-
Cara Unik Jose Mourinho Rayakan Kemenangan AS Roma, Makan Pizza Satu Kotak
-
Taliban Ambil Alih Peralatan Perang Peninggalan AS, Ternyata Sudah Rusak
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
-
SoftBank Sutradara Merger Dua Musuh Bebuyutan GoTo dan Grab
-
Pertamina Bentuk Satgas Nataru Demi Pastikan Ketersediaan dan Pelayanan BBM
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
Terkini
-
Setelah Garuda Indonesia Danantara Mau Guyur Dana Jumbo ke Krakatau Steel, Berapa Jumlahnya?
-
Purbaya Lempar ke BI soal Wacana Redenominasi Rupiah: Kemenkeu Tak Ada Strategi
-
Menkeu Purbaya Ogah Tarik Cukai Popok hingga Tisu Basah, Tunggu Ekonomi Membaik
-
Penggunaan Minyak Mentah dari Fossil Berakhir Terus Berlanjut Hingga 2050
-
Begini Nasib BUMN Sakit di Tangan Danantara
-
Layanan Digital Makin Tinggi, Bank Mandiri Hasilkan Fee Based Income Rp 5,48 Triliun
-
Pertama Kalinya Setelah Pandemi, Pertumbuhan Ekonomi China Melambat
-
Soal Popok Bayi Kena Cukai, DJBC Buka Suara
-
Tak Hanya Soal Bisnis, Danantara Beri Tugas Penting ke Dua Direksi Ekpatriat Garuda Indonesia
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara