Suara.com - Harga minyak dunia pada perdagangan Selasa berakhir melemah setelah Brent sempat menyentuh level tertinggi USD80 per barel.
Mengutip CNBC, Rabu (29/9/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 44 sen, atau 0,6 persen menjadi USD79,09 per barel, setelah mencapai level tertinggi sejak Oktober 2018 di USD80,75 per barel.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, patokan Amerika Serikat, melemah 16 sen, atau 0,2 persen menjadi USD75,29 per barel, setelah menyentuh USD76,67 per barel pada sesi Selasa, tingkat tertinggi sejak Juli.
Harga patokan minyak berjaya, dengan permintaan bahan bakar melesat dan trader memperkirakan negara penghasil minyak terbesar akan memutuskan untuk menjaga pasokan tetap ketat ketika Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) bertemu pekan depan.
"Kita mungkin mendapati cukup banyak profit taking, karena kita mengalami kenaikan harga yang luar biasa," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates yang berbasis di Houston.
Pasar juga menghadapi tantangan dari krisis listrik di China, konsumen energi terbesar di dunia.
"Penjatahan listrik baru-baru ini pada industri di China untuk menurunkan emisi dapat membebani aktivitas ekonomi, berpotensi mengimbangi penarik dari penggunaan diesel tambahan dalam pembangkit listrik," kata Barclays.
Beberapa investor khawatir penularan dari gelembung perumahan China dapat memukul ekonomi dan permintaan minyak negara tersebut, ungkap Louise Dickson, analis Rystad Energy. China adalah importir minyak terbesar dunia.
Permintaan minyak akan meningkat tajam dalam beberapa tahun ke depan karena ekonomi pulih dari pandemi, OPEC memperkirakan pada Selasa, menambahkan bahwa dunia perlu terus berinvestasi dalam produksi untuk mencegah krisis bahkan ketika bertransisi ke bentuk energi yang lebih bersih.
Baca Juga: Permintaan Tinggi, Harga Minyak Dunia Bersiap ke Level 80 Dolar AS per Barel
Sejumlah anggota kelompok produsen OPEC Plus, yang mencakup sekutu OPEC , Rusia dan beberapa negara lain, memangkas produksi selama pandemi, dan mengalami kesulitan untuk memenuhi permintaan yang mulai pulih kembali.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
PLN Jamin Ketersediaan SPKLU demi Kenyamanan Pengguna Kendaraan Listrik Sepanjang Nataru
-
Kapitalisasi DRX Token Tembus Rp2,4 Triliun, Proyek Kripto Lokal Siap Go Global
-
Saham Emiten Keluarga Bakrie Mulai Bangkit dari Kubur
-
Eks Tim Mawar Untung Budiharto Kini Bos Baru Antam
-
Sempat Rusak Karena Banjir, Jasa Marga Jamin Tol Trans Sumatera Tetap Beroperasi
-
Banyak Materai Palsu di E-Commerce, Pos Indonesia Lakukah Hal Ini
-
Mendag Dorong Pembentukan Indonesia Belarus Business Council
-
Tekanan Jual Dorong IHSG Merosot ke Level 8.649 Hari Ini
-
Bank Mega Syariah Luncurkan Program untuk Tingkatkan Frekuensi Transaksi
-
Pertemuan Tertutup, Prabowo dan Dasco Susun Strategi Amankan Ekonomi 2025 dan Pulihkan Sumatera