Suara.com - Sektor properti jadi pilihan investasi di tengah pandemi Covid-19. Hal tersebut terlihat dari kinerja keuangan beberapa perusahaan properti yang positif di pertengahan tahun ini.
Maraknya penjualan properti masih didominasi oleh penjualan rumah tapak baru yang banyak menjadi incaran para milenial yang ingin memiliki rumah pertamanya.
Selain itu, adanya stimulus pajak berupa insentif diskon Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk rumah tapak baru sebesar 100 persen yang turut mendorong permintaan pembelian rumah di masyarakat menengah.
Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Herry Trisaputra Zuna mengatakan, kalangan milenial kini menjadi mayoritas segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang memanfaatkan subsidi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Menurutnya, lebih dari 70 persen segmen MBR yang memanfaatkan FLPP adalah generasi milenial. Sedangkan 11 persen dimanfaatkan oleh generasi Z.
"Pemanfatan FLPP lebih banyak milenial baik itu diperkotaan maupun di luar kota, yang rumah susun maupun rumah tapak. Jadi memang dominasinya oleh generasi tersebut," ujar Herry dalam webinar InfobankTalkNews, Rabu (29/9/2021).
Herry juga mengungkapkan, sebaran realisasi KPR bersubsidi dari tahun 2015 hingga 2020 mayoritas ada di Jawa Barat yakni mencapai 445,50 ribu unit. Lalu, disusul oleh Banten dengan 118,82 ribu unit.
"Jakarta tidak masuk karena yang disubsidi orientasinya masih lebih ke landed, yang vertikalnya masih belum banyak. Ini tantangan yang harus kita jawab," kata dia.
Dalam kesemapatan yang sama, Ketua Komisioner BP Tapera Adi Setianto menyatakan, memberikan kemudahan agar masyarakat bisa membeli rumah.
Baca Juga: Investasi Sektor Properti di Masa Pandemi Tetap Menjanjikan
Salah satunya, syarat pembiayaan perumahan BP Tapera yang masa kepesertaannya paling singkat selama 12 bulan.
Kemudahan ini ditawarkan oleh BP Tapera dengan mempertimbangkan para pekerja informal yang sering kali kesulitan mendapatkan pinjaman KPR karena tidak memiliki pendapatan tetap.
"Kalau rutin menabung selama 12 bulan, berturut-turut, mereka eligible untuk mendapatkan pembiayaan. Kita menjembatani anak-anak milenial dengan pekerjaan informal dengan perbankan melalui menabung. Harapannya dengan menabung, bank bisa melihat kemampuan membayar teman-teman milenial," tutur Adi
Adi menambahkan, besaran tabungan yang harus disetor oleh peserta ke BP Tapera juga tidak terlalu besar. Untuk mereka yang memiliki pendapatan tetap, besarannya adalah 2,5 persen beban pekerja dan 0,5 persen beban pemberi kerja.Sementara, besaran untuk pekerja mandiri seperti sektor informal adalah sebesar 3 persen.
Sedangkan dari sisi pembiayaan perumahan, Bank Tabungan Negara (BTN) pun saat ini tengah gencar menawarkan berbagai kemudahan bagi milenial untuk memiliki rumah impiannya. Salah satunya adalah kemudahan akses via digital melalui Bank BTN.
Menurut BTN, saat ini perseroan memiliki layanan digital terintegrasi untuk para masyarakat, terutama milenial yang tengah mencari rumah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Kemenperin Mau Stop Impor, Dana Belanja Pemerintah Hanya untuk TKDN Tinggi
-
Rendahnya Utilitas vs Banjir Impor: Menperin Ungkap Tantangan Industri Keramik Nasional
-
Kerugian Akibat Bencana di Aceh Timur Capai Rp5,39 Triliun, Berpotensi Bertambah
-
Apa Itu De-Fi atau Decentralized Finance? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
IPO SpaceX Ditargetkan 2026, Valuasinya 28 Kali Lebih Besar dari BBCA
-
Di Balik Aksi Borong Saham Direktur TPIA, Berapa Duit yang Dihabiskan?
-
Berkat Pemberdayaan BRI, Batik Malessa Ubah Kain Perca hingga Fashion Premium
-
BSU Guru Kemenag Cair! Ini Cara Cek Status dan Pencairan Lewat Rekening
-
Update Harga Sembako: Cabai dan Bawang Merah Putih Turun, Daging Sapi Naik
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen