Suara.com - Harga minyak dunia naik setelah OPEC Plus sepakat tetap pada peningkatan output ketimbang menaikannya lebih lanjut.
Faktor ini membuat harga minyak jenis WTI mencapai level tertinggi sejak 2014 dan Brent melesat ke posisi tertinggi tiga tahun.
Mengutip CNBC, Rabu (6/10/2021) minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, ditutup melambung USD1,31 atau 1,7 persen menjadi USD78,93 per barel. WTI melonjak lebih dari 2 persen hingga setingginya USD79,48 per barel, terbesar dalam hampir tujuh tahun.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melejit USD1,30, atau 1,6 persen menjadi USD82,56 per barel. Sebelumnya, Brent mencapai level tertinggi tiga tahun di USD83,13 per barel.
Kedua kontrak itu memperpanjang keuntungan yang dibuat pada sesi Senin, ketika masing-masing naik lebih dari 2%.
Senin, Organiasai Negara Eksportir Minyak (OPEC) dan sekutunya, seperti Rusia, bisa disebut OPEC Plus, sepakat untuk mematuhi pakta Juli guna meningkatkan output sebesar 400.000 barel per hari setiap bulan hingga setidaknya April 2022, mengurangi pemotongan produksi hingga 5,8 juta barel per hari yang saat ini diimplementasikan.
"Pasar menyadari kita akan kekurangan pasokan untuk beberapa bulan ke depan dan OPEC tampaknya senang dengan situasi itu," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago.
Harga minyak meroket lebih dari 50 persen tahun ini, menambah tekanan inflasi yang dikhawatirkan sejumlah negara konsumen minyak mentah, seperti Amerika Serikat dan India, akan menggagalkan pemulihan dari pandemi Covid-19.
Akhir bulan lalu, Joint Technical Committee OPEC Plus memperkirakan defisit pasokan 1,1 juta barel per hari tahun ini, yang bisa berubah menjadi surplus 1,4 juta barel per hari tahun depan.
Baca Juga: OPEC+ Khawatir Gelombang Wabah COVID-19 Keempat, Harga Minyak Dunia Naik Lagi
Meski ada tekanan untuk meningkatkan produksi, OPEC Plus khawatir gelombang keempat infeksi Covid-19 dapat menekan pemulihan permintaan.
Melonjaknya harga gas alam, yang dapat mendorong beberapa pembangkit listrik untuk beralih dari gas ke minyak, menandakan harga minyak mentah kemungkinan akan tetap didukung meski ada kemunduran jangka pendek, kata Gary Cunningham, Direktur Tradition Energy.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Negosiasi Tarif Dagang dengan AS Terancam Gagal, Apa yang Terjadi?
-
BRI Rebranding Jadi Bank Universal Agar Lebih Dekat dengan Anak Muda
-
Kemenkeu Matangkan Regulasi Bea Keluar Batu Bara, Berlaku 1 Januari 2026
-
Cara Mengurus Pembatalan Cicilan Kendaraan di Adira Finance dan FIFGROUP
-
Pemerintah Tegaskan Tak Ada Impor Beras untuk Industri
-
CIMB Niaga Sekuritas Kedatangan Bos Baru, Ini Daftar Jajaran Direksi Teranyar
-
Eri Budiono Lapor: Bank Neo Kempit Laba Rp517 Miliar Hingga Oktober 2025
-
IPO SUPA: Ritel Cuma Dapat 3-9 Lot Saham, Ini Penjelasan Lengkapnya
-
OJK Akan Tertibkan Debt Collector, Kreditur Diminta Ikut Tanggung Jawab
-
Mengenal Flexible Futures Pada Bittime untuk Trading Kripto