Suara.com - Hingga September 2021, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, defisit APBN mencapai Rp452 triliun atau 2,74 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dari yang telah ditetapkan untuk tahun ini sebesar 5,7 persen.
“Keseluruhan postur APBN kita mengalami defisit Rp452 triliun. Dibanding tahun lalu yang defisit Rp681,4 triliun ini penurunan 33,7 persen,” kata Sri Mulyani di Jakarta, Senin (25/10/2021).
Menurut dia, defisit sebesar Rp452 triliun tersebut terjadi karena hingga akhir bulan lalu, pendapatan negara baru Rp1.354,8 triliun atau 77,7 persen dari target APBN yaitu Rp1.743,6 triliun.
Realisasi hanya tumbuh 16,8 persen (yoy) dibandingkan periode sama 2020 yaitu sebesar Rp1.160 triliun yang turun 13,6 persen dari September 2019.
Pendapatan negara terdiri dari penerimaan pajak Rp850,1 triliun, bea dan cukai Rp182,9 triliun, serta PNBP Rp320,8 triliun.
Padahal, belanja negara saat ini mencapai Rp1.806,8 triliun hingga akhir September 2021 atau 65,7 persen dari target APBN Rp2.750 triliun.
Belanja negara tahun ini mengalami kontraksi 1,9 persen dari periode sama 2020 sebesar Rp1.841,3 triliun karena belanja non K/L terkontraksi 8,3 persen (yoy) yaitu Rp531,3 triliun dibanding periode sama tahun lalu Rp579,5 triliun.
Untuk belanja kementerian/lembaga (K/L) Rp734 triliun atau tumbuh 16,1 persen dari periode sama tahun lalu sebesar Rp632,2 triliun karena belanja modal meningkat 62,3 persen yaitu Rp118,7 triliun.
Realisasi belanja juga berasal TKDD Rp541,5 triliun yang merupakan 68,1 persen dari pagu Rp795,5 triliun namun terkontraksi 14 persen (yoy) dari Rp557,35 triliun pada periode sama tahun lalu.
Baca Juga: Apa Itu Defisit Kalori dan Bagaimana Cara Mencapainya dengan Mudah
TKDD terdiri dari transfer ke daerah Rp491,3 triliun yang terkontraksi 14,1 persen dan dana desa terealisasi Rp50,2 triliun atau terkontraksi 13 persen (yoy).
Berita Terkait
-
Penerimaan Negara Sudah Capai Rp 1.354 Triliun Hingga September 2021
-
Pemerintah Sudah Gelontorkan Rp 4,63 Triliun untuk Pengadaan Vaksin Covid-19
-
Pemerintah Sudah Tarik Utang Rp 621,9 Triliun Hingga September 2021
-
Hingga September 2021, APBN Tekor Rp 452 Triliun
-
Sri Mulyani Happy Indeks PMI Indonesia Paling Tinggi di ASEAN
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Cara SIG Lindungi Infrastruktur Vital Perusahaan dari Serangan Hacker
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis
-
Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
-
Rincian Pajak UMKM dan Penghapusan Batas Waktu Tarif 0,5 Persen
-
Tips Efisiensi Bisnis dengan Switchgear Digital, Tekan OPEX Hingga 30 Persen
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025
-
Bolehkah JHT diklaim Segera Setelah Resign? Di Atas 15 Juta, Ada Aturan Khusus
-
Kereta Gantung Rinjani: Proyek 'Rp6,7 Triliun', Investor China Ternyata Tidak Terdaftar
-
Impor Teksil Ilegal Lebih Berbahaya dari Thrifting