Suara.com - Nilai mata uang Turki Lira mengalami penurunan tajam, setelah adanya aksi jual para investor. Aksi jual para investor ini marak, setelah adanya keputusan Bank Sentral Turki yang memangkas suku bunga dalam menghadapi inflasi yang melonjak.
Seperti dikutip dari CNN, Lira stabil pada hari Rabu tetapi mengalami penurunan besar terhadap dolar AS pada hari Selasa. Lira turun lebih dari 15% terhadap dolar As. Mata uang Turki telah kehilangan 40% dari nilainya tahun ini.
Penurunan Selasa menandai hari ke-11 berturut-turut kerugian untuk lira setelah bank sentral negara itu pekan lalu memangkas suku bunga sebesar 100 basis poin.
Tarif telah dipangkas 400 basis poin, dari 19% menjadi 15%, sejak September. Itu meskipun inflasi berjalan pada tingkat tahunan 20% pada bulan Oktober.
Para ahli dan partai oposisi menuduh Presiden Recep Tayyip Erdogan melakukan intervensi politik dengan menekan bank sentral untuk menurunkan suku bunga.
Presiden telah lama memperjuangkan pandangan yang tidak lazim bahwa penurunan suku bunga dapat melawan kenaikan inflasi. Bank sentral biasanya menaikkan suku bunga ketika inflasi melonjak untuk menghentikan ekonomi dari overheating.
"Kami pikir tekanan hanya akan mereda setelah perubahan kebijakan dan pertanyaan kuncinya adalah apakah ini akan ke arah yang lebih ortodoks atau tidak ortodoks," tulis ahli strategi Goldman Sachs Murat Unur dan Clemens Grafe.
Namun Erdogan tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur. Dalam pidato awal pekan ini, dia membela kebijakan moneter pemerintahnya, menggambarkannya sebagai perang kemerdekaan yang akan dimenangkan Turki. Suku bunga yang lebih rendah, menurutnya, akan mengurangi inflasi dan meningkatkan produksi dan ekspor.
"Tidak ada yang meragukan bahwa cara untuk meningkatkan lapangan kerja, yang merupakan prioritas kami di negara kami, adalah melalui investasi, produksi, ekspor, dan pertumbuhan," tweet Erdogan pada Senin malam.
Baca Juga: Daftar 50 Mata Uang di Dunia, Kebanyakan Dolar, Israel Lumayan Unik
Dengan penurunan mata uang lira menyebabkan Apple untuk sementara menghentikan penjualan online di Turki pada hari Selasa. Jatuhnya mata uang membuat penduduk lebih mahal untuk membeli barang-barang yang diimpor dari luar negeri.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Seharga NMax yang Jarang Rewel
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
Pilihan
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
Terkini
-
BLT 2025 Bukan Hanya PKH dan Sembako! Ada Bantuan Tambahan untuk KPM
-
BCA Akan Buyback Saham, Ini Bocoran Detailnya
-
Pelindo Terapkan TBS untuk Tingkatkan Kelancaran Arus Barang di Pelabuhan
-
BCA Buka Suara Tanggapi Rumor IPO Bank Digital Blu
-
Isu Kerenggangan Purbaya-Luhut Panas, Tak Saling Tegur Sapa Saat Sidang Kabinet
-
RI Targetkan Bisa Kelola Rp180 T Wakaf, Tapi Banyak Tantangan
-
PTBA Tawarkan Briket Tanpa Asap Sebagai Solusi Masak Murah Menu MBG
-
PTBA: Proyek DME Mulai 2026, Butuh Rp 40 Triliun untuk Bangun Pabrik
-
Perpres Sampah jadi Energi Diterbitkan, Bahlil Ajak Danantara Koordinasi
-
Menkeu Purbaya Tolak Usul Batas Defisit APBN di Atas 3 Persen