Suara.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang mendorong masyarakat untuk menggunakan energi baru dan terbarukan (EBT). Salah satunya, dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di rumah-rumah masyarakat.
Koordinator Pelayanan dan Pengawasan Usaha Aneka EBT, Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Mustaba Ari Suryoko mengatakan, pemerintah telah menyiapkan roadmap untuk mendorong peningkatan industri serta pembangunan infrastruktur PLTS.
Roadmap tersebut masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.
"Dalam RUPTL tersebut, pemerintah menargetkan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan mencapai 51,6 persen. Selain itu, Kementerian ESDM akan mengembangkan secara bertahap PLTS Atap sebesar 3,6 GW hingga 2025," ujar Ari dalam sebuah Webinar, Kamis (17/2/2022).
Ari melanjutkan, sektor industri dan bisnis menjadi salah satu segmen konsumen prioritas dalam pemasangan PLTS sebagai pemenuhan energi listrik. Ia juga mengemukakan, jika penggunaan PLTS bisa menekan emisi gas rumah kaca.
"Target penambahan PLTS Atap diharapkan dapat menekan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 4,58 juta ton CO2e pada 2025," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Business Vice President Industrial Automation Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Martin Setiawan menyatakan, perusahaan juga telah memulai peralihan ke PLTS Atap pada 2020 lalu untuk memenuhi kebutuhan energi di pabriknya di Cikarang.
Saat ini, PLTS Atap pada pabrik Cikarang dapat menghasilkan 224 Mwh atau setara dengan 21,6 persen dari total konsumsi pabrik, mengurangi emisi karbon sebesar 164 ton karbon dioksida (TCO2) dan berhasil menghemat biaya energi sebesar 8 persen.
"Schneider Electric global memiliki Sustainability Business Division (SBD) yang menyediakan serangkaian layanan yang komprehensif dalam pengelolaan energi dan sustainability," kata Martin
Baca Juga: Tren Kawasan Industri Ramah Lingkungan Meningkat, PLTS Atap Jadi Solusi
Martin menambahkan, SBD Schneider Electric juga telah memberi saran kepada ribuan perusahaan global tentang cara mengukur, mengelola, dan mengurangi jejak karbon.
"SBD telah menjadi penasihat energi terbarukan perusahaan terbesar di dunia, dan telah memberikan konsultasi pada lebih dari 100 transaksi perjanjian pembelian listrik (PPA), hingga saat ini lebih dari 8.000 MW tenaga angin dan surya baru di seluruh dunia," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
Terkini
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
Meski Banyak Kasus Keracunan, Luhut Mau MBG Jalan Terus
-
Pertamina Siapkan Kualitas SDM Pelopor Ketahanan Pangan dan Transisi Energi
-
Dituding Bahlil Salah Baca Data Subsidi LPG 3 Kg, Menkeu Purbaya: Mungkin Cara Lihatnya yang Beda
-
Pertamina Pastikan Kesiapan SPBU di Lombok Jelang MotoGP Mandalika
-
Harga Emas Turun Hari Ini: Galeri 24 Anjlok Jadi 2,2 Jutaan, Emas Antam Menarik Dibeli?
-
Dukung MotoGP Mandalika 2025, Telkomsel Hadirkan 300 BTS 4G/LTE & Hyper 5G
-
Daftar Pinjol Ilegal Oktober 2025: Ini Cara Cek Izin Pinjaman di OJK
-
Cara Hitung Bunga Deposito Tabungan 2025
-
Luhut Turun Tangan, Minta Purbaya Tak Ambil Anggaran MBG