Suara.com - Harga minyak tergelincir turun pada perdagangan akhir pekan lalu setelah sempat naik tajam di awal sesi.
Tekanan harga terjadi di tengah kekhawatiran potensi gangguan pasokan global setelah sanksi ekonomi dijatuhkan terhadap Rusia selaku eksportir minyak utama.
Mengutip CNBC, Senin (28/2/2022) posisi minyak Brent turun USD1,15 atau 1,2 persen ke harga USD97,93 per barel, setelah naik setinggi USD101,99.
Sementara minyak WTI turun 1,22 dolar, atau 1,3 persen ke harga USD91,59 dolar per barel, setelah mencapai harga tertinggi di 95,64 dolar.
Untuk minggu ini, Brent naik sekitar 4,7 persen, sementara WTI berada di jalur untuk naik sekitar 0,6 persen.
Pada hari Kamis lalu, invasi Rusia ke Ukraina mendorong harga minyak bertengger di atas USD100 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014. Bahkan Brent menyentuh harga USD105, sebelum memangkas keuntungan pada penutupan perdagangan.
Serangan Rusia itu adalah terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua, mendorong puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka.
Pada hari Jumat, rudal Rusia menggempur Kyiv, Warga Ukraina meringkuk di tempat penampungan dan pihak berwenang mengatakan kepada penduduk untuk menyiapkan bom Molotov untuk mempertahankan ibukota Ukraina.
Pada hari Kamis, Presiden AS Joe Biden menanggapi invasi dengan gelombang sanksi yang menghambat kemampuan Rusia untuk melakukan bisnis dalam mata uang utama bersama dengan sanksi terhadap bank dan perusahaan milik negara.
Baca Juga: Dampak Perang Rusia dan Ukraina, BBM dan Elpiji di Indonesia Naik Imbasnya Sampai ke Berbagai Sektor
Inggris, Jepang, Kanada, Australia, dan Uni Eropa juga meluncurkan sanksi, termasuk langkah Jerman untuk menghentikan sertifikasi pipa gas Rusia senilai USD11 miliar.
Namun, Rusia tidak akan memiliki aliran minyak dan gas yang secara khusus ditargetkan oleh sanksi, kata seorang pejabat AS.
Rusia adalah produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia dan penyedia gas alam utama ke Eropa.
"Sebanyak 2,3 juta barel per hari (b/d) dari 4,6 juta b/d ekspor minyak mentah Rusia pergi ke Barat," kata Wood Mackenzie dalam sebuah catatan.
"Kami melihat perlambatan dalam pembelian minyak mentah Rusia. Wood memperkirakan pengetatan lebih lanjut dalam keseimbangan penawaran dan permintaan." Tambahnya.
Biden mengatakan Amerika Serikat sedang bekerja dengan negara-negara lain dalam pelepasan gabungan minyak tambahan dari cadangan minyak mentah strategis mereka.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Bukan Sekadar Bazaar, PNM Hadirkan Ruang Tumbuh dan Silaturahmi UMKM di PFL 2025
-
Perkuat Sport Tourism dan Ekonomi Lokal, BRI Dukung Indonesia Mendunia Melalui MotoGP Mandalika 2025
-
BRI Dorong UMKM Kuliner Padang Perkuat Branding dan Tembus Pasar Global Lewat Program Pengusaha Muda
-
Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia Masih Stagnan, BSI Genjot Digitalisasi
-
Bank Mega Syariah Bidik Target Penjualan Wakaf Investasi Senilai Rp 15 Miliar
-
Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
-
Saham Bank Lapis Dua Kompak Rontok, Maybank Indonesia Ambles Paling Dalam
-
OJK Minta Generasi Muda Jangan Awali Investasi Saham dari Utang
-
Daftar Harga Emas Antam Hari Ini, Naik Apa Turun?
-
Aliran Modal Asing yang Hengkang dari Pasar Keuangan Indonesia Tembus Rp 9,76 Triliun