Suara.com - Harga minyak dunia melesat ke level tertingginya sejak 2008 pada perdagangan Senin karena Amerika Serikat dan sekutu Eropa mempertimbangkan untuk melarang impor minyak Rusia.
Mengutip CNBC, Selasa (8/3/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, melesat USD5,1 atau 4,3 persen menjadi USD123,21 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), ditutup melejit USD3,72, atau 3,2 persen menjadi USD119,40 per barel.
Selama sesi itu, kedua tolok ukur mencapai level tertinggi sejak Juli 2008, dengan Brent menyentuh USD139,13 per barel dan WTI USD130,50.
"Gambaran yang lebih besarnya adalah gangguan pasokan semakin buruk," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston.
Harga minyak global meroket sekitar 60 persen sejak awal 2022, meningkatkan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global dan stagflasi.
China, ekonomi terbesar kedua dunia, menargetkan pertumbuhan yang lebih lambat sebesar 5,5 persen tahun ini.
Minggu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat dan sekutu Eropa sedang menjajaki pelarangan impor minyak Rusia.
Gedung Putih, Senin, mengatakan Presiden Joe Biden belum membuat keputusan tentang larangan impor minyak Rusia.
"Harga minyak bisa melesat jadi lebih dari USD300 per barel jika Amerika Serikat dan Uni Eropa melarang impor minyak dari Rusia," ungkap Wakil Perdana Menteri Alexander Novak, Senin.
Sementara itu analis UBS, Giovanni Staunovo mengatakan harga minyak akan menyentuh USD125 per barel.
"Perkiraan jangka pendek kami untuk minyak mentah Brent, sebagai batas yang lemah bagi harga, meski harga bisa bergerak lebih tinggi lagi jika gangguan memburuk atau berlanjut untuk periode yang lebih lama," kata dia.
Bahkan kata dia perang berkepanjangan di Ukraina dapat mendorong Brent di atas USD150 per barel.
Analis Bank of America mengatakan jika sebagian besar ekspor minyak Rusia terputus, mungkin ada kekurangan 5 juta barel per hari atau lebih besar dari itu, mendorong harga setingginya USD200.
Rusia adalah eksportir minyak mentah dan produk minyak terbesar di dunia, dengan ekspor sekitar 7 juta barel per hari, atau 7 persen dari pasokan global. Beberapa volume ekspor minyak Kazakhstan dari pelabuhan Rusia juga menghadapi komplikasi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Sepatu New Balance yang Diskon 50% di Foot Locker Sambut Akhir Tahun
Pilihan
-
In This Economy: Banyolan Gen Z Hadapi Anomali Biaya Hidup di Sepanjang 2025
-
Ramalan Menkeu Purbaya soal IHSG Tembus 9.000 di Akhir Tahun Gagal Total
-
Tor Monitor! Ini Daftar Saham IPO Paling Gacor di 2025
-
Daftar Saham IPO Paling Boncos di 2025
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
Terkini
-
Grab Indonesia 2025: Ketika Platform Digital Menjadi Bantalan Sosial dan Mesin Pertumbuhan Ekonomi
-
Purbaya Ungkap Peluang Gaji PNS Naik Tahun Depan, Ini Bocorannya
-
ESDM Terus Kejar Target Produksi Minyak Tembus 900 Ribu Barel per Hari
-
Harga Cabai Tak Kunjung Turun Masih Rp 70.000 per Kg, Apa Penyebabnya?
-
Pasokan Energi Aman, Pembangkit Listrik Beroperasi Tanpa Kendala Selama Nataru
-
Bahlil Tegaskan Perang Total Lawan Mafia Tambang
-
Petani Soroti Kebijakan Biodiesel Justru Bisa Rusak Ekosistem Kelapa Sawit
-
Dirayu Menperin soal Insentif Mobil Listrik 2026, Ini Jawaban Purbaya
-
Jelang Tahun Baru, Purbaya: Saya Pikir Menkeu Sudah Tenang 31 Desember
-
Sejarah! Produksi Sumur Minyak Rakyat Dibeli Pertamina di Jambi