Suara.com - Harga minyak dunia merosot 2 persen pada perdagangan Selasa, karena pembicaraan antara Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri konflik selama berminggu-minggu membawa kemajua.
Meski begitu negosiator Moskow mengatakan janji untuk mengurangi beberapa operasi militer tidak mewakili gencatan senjata.
Lebih lanjut membebani minyak berjangka, penguncian terbaru di China untuk mengekang penyebaran virus korona memicu kekhawatiran bahwa permintaan bahan bakar bisa terpukul.
Mengutip CNBC, Rabu (30/3/2022) monyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup anjlok USD2,25, atau 2 persen menjadi USD110,23 per barel.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut USD1,72, atau 1,6 persen menjadi USD104,24 per barel.
Kedua tolok ukur itu melorot 7 persen pada penutupan Senin, dan jatuh sebanyaknya 7 persen lagi pada awal perdagangan Selasa sebelum memantul dari posisi terendah sesi tersebut.
Negosiator Ukraina dan Rusia bertemu di Turki untuk diskusi tatap muka pertama dalam hampir tiga minggu.
Negosiator utama Rusia mengatakan pembicaraan itu "konstruktif."
Rusia berjanji akan mengurangi operasi militernya di sekitar Kyiv dan Ukraina utara.
Baca Juga: Bos Pertamina Sebut Beban Subsidi Pemerintah Terhadap BBM Solar Membengkak jadi Rp 7.800 per Liter
Ukraina mengusulkan adopsi status netral tetapi dengan jaminan internasional bahwa negaranya akan dilindungi dari serangan.
Namun, negosiator utama Moskow memperingatkan bahwa janji Rusia untuk mengurangi operasi militer tidak mewakili gencatan senjata dan kesepakatan formal dengan Kyiv masih panjang.
Sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia atas invasinya ke Ukraina mengganggu pasokan minyak dan mendorong harga minyak ke hampir USD140 per barel, tertinggi dalam sekitar 14 tahun.
Sementara penguncian di Shanghai untuk mengekang lonjakan kasus virus korona juga menekan harga, Selasa, karena pasar khawatir tentang penurunan permintaan China.
"Shanghai menyumbang sekitar 4 persen konsumsi minyak China," kata analis ANZ Research.
Penguncian itu mengurangi konsumsi BBM di China ke titik di mana beberapa penyulingan swasta mencoba menjual kembali minyak mentah yang dibeli untuk pengiriman selama dua bulan ke depan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Rekomendasi Lipstik Mengandung SPF untuk Menutupi Bibir Hitam, Cocok Dipakai Sehari-hari
- 7 Lipstik Halal dan Wudhu Friendly yang Aman Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
Pilihan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
-
Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
Terkini
-
Bank Mandiri Raih 8 Penghargaan Internasional, Sinergi Majukan Negeri Lewat Inovasi Digital
-
Pengusaha Vaksin Dunia Kumpul di Bali, Bahas Strategi Jangka Panjang Industri Global
-
BBM Kembali Tersedia di BP-AKR, Cek Lokasi SPBU Terdekat
-
BCA Buka Indonesia Knowledge Forum 2025: Ruang Inspirasi bagi Pemimpin Industri & Kreator Muda
-
Pabrik Ban Michelin Cikarang PHK 280 Pekerja Secara Sepihak
-
BEEF Kantongi Fasilitas Kredit Rp790 Miliar dari Bank Mandiri
-
Ajak Mahasiswa Aktif Soroti Isu Energi, Bahlil: Kritik Kalian, Gizi Bagi Saya!
-
Prabowo Kirim 16 Nama Calon Anggota Dewan Energi Nasional ke DPR
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
BRI Peduli Luncurkan 'Perahu Literasi' Tolitoli Demi Pendidikan Inklusif di Pesisir