Suara.com - Kabar kejatuhan ekonomi Sri Lanka belakangan banyak menghiasi media nasional. Negara itu dipastikan tak bisa membayar utang luar negeri mereka. Usut punya usut, Sri Lanka diduga 'terjebak' dengan jeratan hutang dari China.
Kini, kabarnya tidak hanya Sri Lanka, negara di Afrika yakni Uganda juga dikabarkan ingin merubah skema perjanjian pinjaman mereka dengan China agar bandara mereka, Entebbe Uganda dan aset milik mereka tidak dirampas karena gagal bayar.
Mengutip dari Bloomberg, perjanjian tersebut merupakan bagian dari pinjaman senilai 200 juta dolar AS (sekitar 2,8 triliun) melalui Bank Export-Import (EXIM) China yang digunakan untuk memperluas bandara Entebbe pada 2015 silam.
Dalam perjanjian itu terdapat klausul yang mewajibkan Otoritas Penerbangan Sipil Uganda untuk meminta persetujuan dari pemberi pinjaman, yakni China dalam rencana penggunaan dana pinjaman.
Selain itu, jika terjadi perselisihan antara para pihak maka harus diselesaikan oleh Komisi Arbitrase Ekonomi dan Perdagangan Internasional China.
Media lain, Economic Times menyebutkan pula bahwa adanya laporan Presiden Uganda Yoweri Museveri telah mengirim perwakilannya ke Beijing untuk menegosiasikan hal ini.
Pada tahun lalu, Uganda sudah meminta negosiasi ulang hal ini namun gagal. Pinjaman ini memiliki tenor 20 tahun.
"Pengungkapan bahwa pemerintah Uganda menandatangani perjanjian, antara lain, melepaskan kekebalan untuk aset kedaulatannya telah menimbulkan pertanyaan tentang tingkat pengawasan dan uji tuntas yang dilakukan birokrat sebelum melakukan perjanjian secara internasional," tulis laporan media Allafrica.com.
Bandara Internasional Entebbe adalah satu-satunya bandara internasional Uganda dengan jumlah penumpang mencapai hampir 2 juta tiap tahun.
Baca Juga: Praveen/Melati Batal ke Thailand Open 2022, PB Djarum Ungkap Alasannya
Namun demikian, kabar ini dibantah juru bicara regulator penerbangan Uganda dan Direktur Jenderal China untuk Urusan Afrika
Selama ini, China dikenal sebagai negara yang kerap memberikan pinjaman dana, terutama untuk pembangunan infrastruktur. Meski demikian, jeratan utang kerap kali 'menjerat' para peminjam hingga terpaksa merelakan aset mereka.
Berita Terkait
-
HDCI Gelar Bakti Sosial dan Santunan bagi Ratusan Yatim Piatu
-
Belum Ada Pemain Abroad, Berikut Total Skuad Timnas Indonesia U-23 Saat TC di Korea Selatan
-
Tak Mau Bangkrut Seperti Sri Lanka, Pemerintah Nepal Minta Warganya Bantu Cadangan Devisa
-
Praveen/Melati Batal ke Thailand Open 2022, PB Djarum Ungkap Alasannya
-
Shin Tae-yong Sebut Timnas Indonesia U-23 Cuma Menjalani Dua Uji Coba di Korea Selatan
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
-
Mees Hilgers 'Banting Pintu', Bos FC Twente: Selesai Sudah!
Terkini
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
-
OJK: Aset Dana Pensiun Tembus Rp 1.593 Triliun
-
Rupiah Dibuka Menguat Tipis Lawan Dolar Amerika Serikat
-
Huabao Suntik Rp164 Miliar, Landasan Pacu Bandara Maleo Kini Mampu Tampung Pesawat Jumbo!
-
IHSG Melesat Hingga Ke Level Tertinggi Intraday di Awal Sesi Jumat
-
Emas Antam Bangkit, Harganya Meloncat Jadi Rp 2.354.000 per Gram
-
Persaingan Kartu Kredit Semakin Ketat, Bank Syariah Optimis Bakal Tumbuh Positif
-
7 Pilihan Lokasi Tanah Murah di Sekitar Bekasi Barat, Ada Akses Transum
-
Bank Indonesia Gebrak Pasar Korea! QRIS Jadi Andalan Transaksi
-
TLKM Spin-off Aset Senilai Rp48 Triliun, Target Harga Saham Naik Lebih 30 Persen?