Suara.com - Dampak bencana iklim makin dapat dirasakan di Indonesia. Laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) bagian dari Laporan Peninjauan Keenam (AR6) oleh Working Group III IPCC berjudul “Mitigasi Perubahan Iklim” baru saja diluncurkan bulan April 2022. Laporan ini menunjukkan bahwa bumi berada pada fast track menuju bencana iklim.
Laporan tersebut mencakup mitigasi yang harus dilakukan untuk mengurangi laju kenaikan suhu global yang akan membawa dunia ke pemanasan 2,7ºC. Hal ini dianggap akan sangat mengancam banyak hal dengan intensitas yang tinggi, terutama di wilayah rentan bencana seperti Indonesia. Dampak ini tentunya akan mengancam masa depan generasi mendatang Indonesia.
CEO Landscape Indonesia Agus Sari mengatakan, krisis iklim yang terjadi tidak dipungkiri saling berhubungan erat dengan pencemaran udara. Ia menuturkan, polusi udara disebabkan oleh gas-gas rumah kaca termasuk juga black carbon yang mampu menutupi permukaan bumi yang cerah.
“Apalagi kalau dia terbang dan menutupi bagian bumi yang bersalju dan mengurangi albedo, yaitu kemampuan bumi dalam memantulkan cahaya. Kalau daerah bersalju yang berwarna putih tertutup, akan lebih sedikit energi yang dipantulkan ke angkasa, sehingga bumi akan semakin panas,” ujar Agus dalam Webinar Bicara Udara bertajuk “Perubahan Iklim dan Kualitas Udara”, ditulis Selasa (26/4/2022).
Selain itu, Agus mengungkapkan, peningkatan emisi karbon ke atmosfer juga akan turut meningkatkan emisi polutan lokal seperti karbon monoksida, mono-nitrogen oksida, ozon daratan, serta debu yang termasuk juga PM10 dan PM2,5.
“Oleh karena itu, menurunkan emisi gas-gas rumah kaca akan pula (turut) menurunkan emisi polutan lokal. Menurunkan polusi udara maka akan menurunkan potensi perubahan iklim,” ucapnya.
Sementara itu, Junior Scientist Nafas Indonesia Dinda Shabrina mengatakan, salah satu polutan yang berpengaruh terhadap perubahan iklim adalah PM2,5.
Menurutnya, PM2,5 dapat mempengaruhi suhu bumi melalui cooling and warming effect.
“PM2,5 juga berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan. Badan manusia tidak mampu memfilter polutan ini, yang berarti dapat terperangkap di paru-paru,” imbuhnya.
Baca Juga: 3 Penyebab Bumi Alami Perubahan Iklim, Pergantian Cuaca Jadi Sulit Diprediksi
Oleh karena itu, Dinda mengajak seluruh pihak untuk lebih peduli lagi terhadap krisis iklim dan polusi udara. Sebab, kedua masalah tersebut penting untuk segera diatasi karena sangat berpengaruh kepada generasi mendatang.
“Mengatasi perubahan iklim dan polusi udara harus berjalan bersamaan, karena kedua hal tersebut mempengaruhi satu sama lain,” pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Indonesia Kukuhkan Diri Jadi Episentrum Blockchain & Web3 Asia Tenggara
-
Pakar Ingatkan Risiko Harga Emas, Saham, hingga Kripto Anjlok Tahun Depan!
-
DPR Tegaskan RUU P2SK Penting untuk Mengatur Tata Kelola Perdagangan Aset Kripto
-
Mengapa Rupiah Loyo di 2025?
-
Dukungan LPDB Perkuat Layanan Koperasi Jasa Keselamatan Radiasi dan Lingkungan
-
LPDB Koperasi Dukung Koperasi Kelola Tambang, Dorong Keadilan Ekonomi bagi Penambang Rakyat
-
Profil Agustina Wilujeng: Punya Kekayaan Miliaran, Namanya Muncul di Kasus Chromebook
-
RUPSLB BRI 2025 Sahkan RKAP 2026 dan Perubahan Anggaran Dasar
-
Pemerintah Jamin UMP Tak Bakal Turun Meski Ekonomi Daerah Loyo
-
Mengapa Perusahaan Rela Dijual ke Publik? Memahami Gegap Gempita Hajatan IPO