Suara.com - Industri tekstil menjadi industri strategis di Indonesia, tetapi industri ini juga menjadi penyumbang polusi terbesar kedua di dunia. Mampukah industri tekstil di Indonesia lebih ramah lingkungan?
"Gayamu berbusana adalah cara menunjukkan siapa dirimu tanpa harus berbicara,” kutipan dari desainer Amerika Serikat, Rachel Zoe, ini dapat menggambarkan bagaimana fesyen telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern saat ini.
Di Indonesia, industri fesyen berkembang manis. Pada 2019 sebelum pandemi, industri fesyen nasional mampu menyumbang sekitar 18 persen dari pendapatan nasional atau sekitar Rp1.500 triliun.
Saat ini Indonesia menjadi 10 negara terbesar sebagai eksportir tekstil ke seluruh dunia. Pemerintah Indonesia mencatat industri tekstil telah menyerap 3,58 juta lapangan kerja.
"Sektor ini menyumbang sekitar 21,2 persen lapangan pekerjaan di sektor manufaktur,” ungkap President UN Global Compact Indonesia, Yaya Winarno Junardi, dalam acara simposium Textile Science meet Textile Economy yang digelar di Unika Atma Jaya Jakarta hari Selasa (24/05).
Karena kontribusi dunia fesyen pada pendapatan nasional, pemerintah Indonesia telah menetapkan industri tekstil sebagai salah satu industri strategis nasional.
Setelah menghadapi kontraksi selama pandemi, Indonesia mematok proyeksi pertumbuhan industri tekstil di angka 5 persen pada 2022. Namun, manisnya kontribusi industri fesyen ataupun tekstil di Indonesia tidak berbanding lurus dengan dampaknya pada lingkungan hidup.
"Sayangnya, industri fesyen, termasuk sektor tekstil di dalamnya, adalah industri kedua yang paling banyak menyumbang polusi pada lingkungan,” papar Yaya Winarno Junardi.
Masalah serius pada lingkungan Isu kerusakan lingkungan menjadi masalah serius dalam perkembangan industri tekstil. Data dari Ellen MacArthur Foundation pada 2017 menyebut industri tekstil telah menghasilkan emisi gas rumah kaca sampai 1,2 miliar ton per tahun.
Baca Juga: Makin Banyak Industri Tekstil dan Fashion Beralih ke Kapas Berkelanjutan, Kenapa
Data dari UN Alliance for Sustainable Fashion menyebut industri fesyen membutuhkan sekitar 215 triliun liter air per tahun. Di sisi lain, industri ini juga telah berdampak besar pada 20 persen pencemaran limbah air secara global.
Masalah lainnya juga ada pada penggunaan energi yang besar dalam memproduksi tekstil. Di Indonesia, hingga saat ini proses untuk menciptakan industri fesyen yang ramah lingkungan masih menghadapi banyak tantangan.
Iwan Kurniawan Lukminto, Wakil Presiden Direktur PT. Sri Rejeki Isman atau Sritex, sebuah perusahaan tekstil besar di Indonesia, menyebut "saat ini salah satu tantangannya Indonesia memiliki keterbatasan dalam memilih opsi sumber energi yang akan digunakan bagi industri tekstil.”
Opsi energi yang lebih ramah pada lingkungan menjadi salah satu fokus pemerintah Indonesia.
"Akselarasi dari transisi energi menjadi sebuah keharusan. Saat ini isu transisi energi menjadi salah satu gagasan yang pemerintah Indonesia bawa dalam presidensi G20,” ungkap Sekretaris Jenderal bidang Energi Keterbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Ego Syahrial.
Kementerian ESDM menyebut Indonesia memiliki potensi besar untuk menghasilkan 3.686 gigawatt energi terbarukan. Namun hingga saat ini, baru sekitar 0,3 persen saja yang sudah dikembangkan.
Berita Terkait
-
Gerak Cepat Penanganan Banjir: Jembatan Teupin Mane Bireuen Kembali Terhubung
-
3 Rekomendasi Mobil Tua Punya Fitur Keselamatan Mantap, Harga Mulai Rp30 Jutaan
-
18 Ribu Jiwa Terdampak Banjir Banjar, 14 Kecamatan Terendam di Penghujung Tahun
-
7 Mobil Hatchback Bekas Desain Timeless Mulai Rp60 Jutaan, Cocok Buat Nongkrong
-
Chelsea Double Combo! Dipermalukan Aston Villa Plus Berpotensi Kena Sanksi Gegara Botol Terbang
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- 5 HP OPPO RAM 8 GB Terbaik di Kelas Menengah, Harga Mulai Rp2 Jutaan
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
Terkini
-
Pertumbuhan Kredit Kuat dan DPK Meningkat, Fungsi Intermediasi Bank Mandiri Solid di Akhir Tahun
-
Saham-saham yang Cum Date 29 Desember, Siap Bagikan Dividen Jumbo
-
BRI Peduli Salurkan 5.000 Paket Sembako di Ciampea
-
Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
-
Harga Emas Diprediksi Makin Naik Tahun 2026, Faktor 'Perang' Jadi Kunci
-
La Suntu Tastio, UMKM Binaan BRI yang Angkat Tradisi Lewat Produk Tas Tenun
-
Pasca Akusisi, Emiten Properti Milik Pengusahan Indonesia Ini Bagikan Dividen
-
Harga Emas Kompak Meroket: Galeri24 dan UBS di Pegadaian Naik Signifikan!
-
Pabrik Chip Semikonduktor TSMC Ikut Terdampak Gempa Magnitudo 7 di Taiwan
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Tahun 2025, Update Terbaru OJK Desember