Namun demikian, Alamsyah menekankan, bagi Fox Logger sendiri, hal yang lebih penting di balik perluasan jaringan 5G dan biaya internet yang terus ditekan, adalah produk IoT memang sangat penting dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat di era digital. Pasalnya, gaya hidup digital yang memanfaatkan produk IoT sulit untuk dihindari, baik dari sisi kebutuhan, kenyamanan, maupun keamanan.
Di luar tiga faktor di atas, kandidat doktor manajemen dari Binus University ini juga menyoroti pentingnya peran pemerintah sebagai regulator yang mengatur industri produk berbasis IoT.
Menurutnya, demi kemaslahatan bersama, sudah selayaknya pemerintah bersikap lebih proaktif, bertindak tegas, dan bijaksana. Salah satunya adalah dalam menertibkan izin edar produk IoT.
“Penertiban izin edar produk IoT harus benar-benar sesuai aturan yang berlaku. Kini cukup banyak produk IoT yang beredar di pasaran, ternyata tidak memiliki izin postel dari Kominfo. Produk tanpa izin edar akan sangat merugikan masyarakat pengguna. Produk yang tidak berizin, memiliki tingkat kepastian layanan purnajual yang rendah. Padahal masyarakat membutuhkan produk berkualitas dan kesempurnaan layanan,” Alamsyah mengungkapkan.
Akan halnya pemanfaatan IoT untuk sektor transportasi, Alamsyah yang sukses merintis dan membawa Fox Logger menjadi salah satu perusahaan GPS Tracker terbesar di Indonesia menyatakan transportasi berbasis IoT di Tanah Air harus digalakkan terlebih dahulu melalui implementasi pada sektor transportasi publik.
Selain membantu mengedukasi pasar, keterlibatan pemerintah dalam pengimplementasian IoT di sektor transportasi publik, dalam hematnya, akan menolong penguraian masalah kemacetan di Indonesia, yang nota bene masyarakatnya lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi ketimbang moda transportasi publik. Pemanfaatan IoT, diyakini akan membantu kenyamanan transportasi publik sehingga orang berangsur-angsur makin percaya akan keterandalannya.
“Pada sektor transportasi logistik, produk IoT seperti GPS Tracker akan sangat banyak membantu para apelaku industri ini dalam hal efisiensi biaya operasional. Ketatnya persaingan industri jasa pengiriman barang membuat pelaku logistik harus dengan cermat memperhatikan segala hal, salah satunya adalah biaya. IoT akan otomatis dibutuhkan sekali untuk industri ini,” ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Negosiasi Tarif Dagang dengan AS Terancam Gagal, Apa yang Terjadi?
-
BRI Rebranding Jadi Bank Universal Agar Lebih Dekat dengan Anak Muda
-
Kemenkeu Matangkan Regulasi Bea Keluar Batu Bara, Berlaku 1 Januari 2026
-
Cara Mengurus Pembatalan Cicilan Kendaraan di Adira Finance dan FIFGROUP
-
Pemerintah Tegaskan Tak Ada Impor Beras untuk Industri
-
CIMB Niaga Sekuritas Kedatangan Bos Baru, Ini Daftar Jajaran Direksi Teranyar
-
Eri Budiono Lapor: Bank Neo Kempit Laba Rp517 Miliar Hingga Oktober 2025
-
IPO SUPA: Ritel Cuma Dapat 3-9 Lot Saham, Ini Penjelasan Lengkapnya
-
OJK Akan Tertibkan Debt Collector, Kreditur Diminta Ikut Tanggung Jawab
-
Mengenal Flexible Futures Pada Bittime untuk Trading Kripto