Suara.com - Harga minyak dunia anjlok hampir USD2 per barel pada perdagangan Kamis, usai pernyataan Chairman Federal Reserve Jerome Powell mengipasi kekhawatiran kenaikan suku bunga akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Mengutip CNBC, Jumat (24/6/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melorot USD1,69 atau 1,5 persen menjadi USD110,05 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menetap di posisi USD104,27 per barel, menyusut USD1,92, atau 1,8 persen.
Powell menegaskan fokus The Fed untuk mengendalikan inflasi adalah "tanpa syarat" dan pasar tenaga kerja kuat secara tidak berkelanjutan, komentar yang memicu kekhawatiran kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Investor memangkas posisi dalam aset berisiko karena mereka menilai apakah upaya bank sentral menjinakkan inflasi dapat mendorong ekonomi dunia ke dalam resesi dengan suku bunga yang lebih tinggi.
"Jika Amerika Serikat, dan seluruh dunia mengalami resesi, itu dapat memengaruhi permintaan secara signifikan," kata konsultan minyak Houston, Andrew Lipow.
Juga, harga bensin yang tinggi dapat mulai memperlambat permintaan, kata Robert Yawger, Direktur Mizuho di New York.
Yawger menambahkan bahwa harga bensin masih memiliki ruang untuk naik. Harga eceran AS saat ini rata-rata USD4,94 per galon, turun sekitar 10 sen dari puncaknya, menurut AAA.
Sejumlah perusahaan penyulingan minyak dan Menteri Energi Amerika, Jennifer Granholm, menggelar pertemuan darurat mengenai masalah tersebut tanpa solusi konkret untuk menurunkan harga, menurut narasumber, tetapi kedua belah pihak sepakat untuk bekerja sama.
Baca Juga: Ancaman Perlambatan Ekonomi Membuat Harga Minyak Dunia Melesat
Perkiraan terbaru oleh American Petroleum Institute, menurut sumber pasar, menunjukkan persediaan minyak mentah dan bensin AS naik minggu lalu, yang juga membebani harga, kata Yawger.
Estimasi mingguan resmi untuk persediaan minyak Amerika dijadwalkan Kamis, tetapi masalah teknis akan menunda perilisan data itu hingga pekan depan, tutur Badan Informasi Energi AS, tanpa memberikan timeline yang spesifik.
OPEC dan negara-negara produsen sekutunya, termasuk Rusia, kemungkinan akan tetap pada rencana untuk mengakselerasi peningkatan produksi pada Agustus dengan harapan mengurangi harga minyak mentah dan inflasi ketika Presiden AS Joe Biden berencana mengunjungi Arab Saudi, kata narasumber.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
- 5 Promo Asus ROG Xbox Ally yang Tidak Boleh Dilewatkan Para Gamer
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
-
Harga Emas Antam Terpeleset Jatuh, Kini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
Terkini
-
Dari Buku Lahir Harapan, Anak TBM Kolong Ciputat Gembira Bersama PNM Peduli
-
Bahlil Sindir Menkeu Purbaya soal Subsidi LPG 3Kg: Mungkin Menterinya Salah Baca Data Itu!
-
Rapat Paripurna Sepakat RUU P2SK Jadi Usulan DPR
-
Setelah Dua Hari Anjlok, Akhirnya IHSG Menghijau Didorong Penguatan Rupiah
-
Profit BUMN Bisa Jadi Modal untuk Investasi di Sektor Energi Terbarukan
-
Kandungan Etanol Bikin Vivo dan BP Gagal Beli BBM Pertamina, Patra Niaga: Sudah Lazim
-
Nasib KFC: Tutup 19 Gerai dan PHK 400 Pekerja
-
Freeport Berhenti Beroperasi Sementara, Fokus Temukan 5 Karyawan yang Terjebak Longsor
-
Kelakar Mau Dipukul Bupati, Menkeu Purbaya: Transfer ke Daerah Dipangkas Biar Bersih dan Efektif
-
Menkeu Purbaya Sebut Pemerintah Mau Buat Kawasan Industri Hasil Tembakau