Suara.com - Belakangan ini kalimat “winter is coming” yang terkenal berkat salah satu drama televisi jadi sering digunakan meskipun season terakhir seri tersebut telah lama berakhir. Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan dampak kondisi ekonomi global bagi industri perusahaan rintisan (startup).
Tak hanya dialami oleh startup di Amerika, dampak dari perubahan kondisi ini juga mulai terasa di Indonesia, misalnya saja strategi efisiensi seperti PHK maupun hiring freeze yang telah dilakukan oleh beberapa startup tanah air di kuartal kedua tahun ini. Banyak pihak kemudian berpendapat bahwa industri ini tengah berada dalam kondisi yang populer disebut tech winter.
Tentunya perubahan kondisi makroekonomi, geopolitis dan dampak berkepanjangan dari pandemi COVID-19 dalam negeri membawa kekhawatiran bagi pelaku yang berada dalam industri ini.
Meski demikian, banyak penggiat startup dalam negeri yang masih optimis akan kemampuan dan potensi talenta tanah air untuk bertahan di masa sulit, salah satunya Grab dan BRI Ventures.
CEO BRI Ventures, Nicko Widjaja, bahkan meyakini bahwa perlambatan yang dihadapi hanya bersifat sementara sebagaimana musim dingin yang akan berganti menjadi musim semi.
Di salah satu acara terbatas, Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi turut menyampaikan optimisme serupa.
“Bukan pertama kalinya Indonesia berada dalam periode yang sulit. Kita sudah mengalami pahitnya dua krisis ekonomi sebelumnya di tahun 1998 dan 2009, namun tidak menyurutkan tekad dan rasa percaya untuk terus menerobos maju. Kalau kita melihat posisi kita sekarang, kita bisa bangkit dan bahkan terus bertumbuh. Data-data tahun 2021 bahkan membuktikan Indonesia sebagai salah satu pendorong ekonomi digital di Asia Tenggara.” ucapnya.
Data yang disebutkan Neneng mengacu pada sebuah riset yang mengatakan bahwa ekonomi digital Indonesia diproyeksi menyentuh US$146 miliar pada 2025.
Tentunya hal tersebut tidak terlepas dari kepercayaan investor terhadap startup dalam negeri yang berhasil berkontribusi meraih 42% dari total pendanaan yang disuntik ke wilayah Asia Tenggara selama tahun 2021 lalu.
Baca Juga: 2 Tipe Motor Listrik Grab: Intip Spesifikasinya, Bikin Penasaran
Optimisme ini tak pelak melupakan upaya pengencangan ikat pinggang oleh pelaku startup agar tetap dapat bertahan di kondisi yang sulit seperti saat ini.
“Hal kunci yang harus dimiliki founder agar tetap berdiri tangguh selama periode sulit adalah fokus pada pengembangan produk dengan memanfaatkan data yang ada dan masukan dari pengguna, mempercepat jalan menuju profitabilitas, serta kemampuan untuk agile dalam melakukan pivot bisnis apabila diperlukan,” papar Neneng.
Nicko pun menambahkan bahwa menahkodai startup saat ini memiliki prinsip yang sama dengan mengendarai mobil.
“Bisnis adalah tentang keseimbangan. Para founders harus tau kapan harus injak gas untuk capai growth namun harus juga menyadari kapan waktu untuk injak rem, misalnya seperti saat ini.” tuturnya.
Guna membantu founders menavigasi masa sulit, belum lama ini Grab dan BRI Ventures kembali membuka program akselerasi gabungan Grab Velocity Ventures (GVV) Batch 5 X Sembrani Wira.
Turut bekerja sama dengan Alpha JWC Ventures, pembukaan registrasi telah berlangsung sejak 21 Juni dan akan berakhir pada 22 Juli. Di gelombang kelima, target utama dari program ini adalah startup yang menawarkan produk/solusi bagi UMKM dan mereka yang memiliki model bisnis Direct-to-Consumer (D2C).
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Industri Pindar Tumbuh 22,16 Persen, Tapi Hadapi Tantangan Berat
-
Perilaku Konsumen RI Berubah, Kini Maunya Serba Digital
-
Bagaimana Digitalisasi Mengubah Layanan Pertamina
-
Memahami Pergerakan Harga Bitcoin, Analisis Teknikal Sudah Cukup?
-
BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
-
BCA Kembali Menjadi Juara Umum Annual Report Award, Diikuti BCA Syariah pada Klaster Rp1 Triliun
-
ESDM: Rusia-Kanada Mau Bantu RI Bangun Pembakit Listrik Tenaga Nuklir
-
Bos Lippo Ungkap 5 Modal Indonesia Hadapi Ketidakpastian Global 2026
-
Purbaya Larang Bea Cukai Sumbangkan Pakaian Bekas Hasil Sitaan ke Korban Banjir Sumatra
-
Purbaya Sewot Teknologi AI Bea Cukai Dibandingkan dengan Milik Kemenkes: Tersinggung Gue!