Suara.com - Harga minyak dunia melambung lebih dari USD2/barel pada perdagangan Rabu, karena laporan persediaan yang lebih rendah di Amerika Serikat dan pemotongan aliran gas Rusia ke Eropa.
Mengutip CNBC, Kamis (28/7/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melambung USD2,22, atau 2,1 persen menjadi USD106,62 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melejit USD2,28, atau 2,4 persen menjadi USD97,26 per barel.
Stok minyak mentah Amerika turun 4,5 juta barel pekan lalu setelah ekspor melonjak ke level tertinggi sepanjang masa karena diskon besar minyak mentah AS terhadap Brent, kata Badan Informasi Energi.
Setelah penurunan tajam dalam dua minggu terakhir, permintaan bensin Amerika rebound sebesar 8,5 persen (week-on-week).
"Semua pembicaraan tentang kehancuran permintaan berhenti di jalurnya dalam laporan ini, situasinya telah berubah secara dramatis dalam dua pekan," kata Bob Yawger, Direktur Mizuho.
Minyak juga melanjutkan penguatan setelah Federal Reserve memutuskan sesuai ekspektasi untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar tiga perempat poin persentase dalam upaya untuk mendinginkan inflasi yang paling intens sejak 1980-an.
"Dari sini, minyak bisa mendapatkan dorongan dari peningkatan selera risiko untuk beberapa sesi, terutama jika dolar melemah lebih lanjut," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.
Minyak melonjak pada 2022, mencapai level tertinggi 14 tahun di USD139 per barel pada Maret, setelah invasi Rusia ke Ukraina menambah kekhawatiran pasokan dan karena permintaan mulai pulih dari pandemi.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Dunia Kembali Turun, Ini Penyebabnya
Sejak itu, kekhawatiran perlambatan ekonomi dan kenaikan suku bunga membebani pasar, meski terjadi gangguan pasokan di Libya dan Nigeria serta pemotongan aliran gas Rusia ke Eropa.
Aliran gas melalui pipa Nord Stream 1 turun menjadi seperlima dari kapasitas jaringan tersebut, Rabu, sementara Eni Italia mengatakan akan menerima volume yang lebih rendah dari Gazprom Rusia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
Terkini
-
Rupiah Melemah Tipis ke Rp16.612, Dipengaruhi Sanksi AS ke Rusia dan Sentimen Utang Domestik
-
IHSG Dibuka Menguat Tapi Langsung Putar Haluan Melemah Pagi Ini
-
R&I Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia di BBB+, Bukti Ekonomi Tangguh di Tengah Gejolak Global
-
Emas Antam Lebih Murah Rp 15.000, Berikut Daftar Harganya
-
Pengamat Energi Nilai Implementasi 'Co-Firing' untuk Transisi PLTU Secara Bertahap
-
Pemerintah Klaim Petani Bisa Cuan Gara-gara Program BBM E10
-
Rincian PMK No 72 Tahun 2025, Insentif Pajak untuk 5 Industri dan Pariwisata
-
IHSG Diprediksi Menguat 'Bersama' Wall Street, Cek Saham-saham Rekomendasi Ini
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
Satu Lagi Bank Bangkrut, OJK Cabut Izin Usaha BPR Nagajayaraya Sentrasentosa