Suara.com - Isu kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terus menguat di tengah ancaman jebolnya kuota BBM bersubsidi, khususnya pertalite dan solar.
Bahkan sejumlah menteri bidang ekonomi Kabinet Indonesia Maju kian intens melakukan rapat untuk membahas masalah ini.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan pada Rabu (24/8/2022) sore, sejumlah menteri dijadwalkan menggelar rapat tertutup di Kantor Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Lapangan Banteng, Jakarta.
"Ini aktif dan masif dilaksanakan, dikoordinasikan di Kementerian Koordinator Perekonomian. Termasuk juga nanti sore akan dilanjutkan kembali," ungkap Arifin Tasrif saat rapat kerja dengan Komisi VII di Gedung DPR RI, Jakarta pada Rabu (24/8/2022).
Arifin mengungkapkan, rapat-rapat ini dimaksudkan untuk mencari formulasi terbaik terkait kebijakan BBM saat ini, apakah dengan menaikkan harga ataupum menambah kuota BBM bersubsidi.
"Intinya adalah mencari skema yang pas. Mana yang paling baik," katanya.
Tah hanya itu, lanjut Arifin salah satu pertimbangan lainnya yang dipikirkan pemerintah adalah soal inflasi.
Menurut Arifin, tingkat inflasi Indonesia terakhir kali berada di level 4,94 persen. Kontribusi kenaikan harga energi cukup besar, sekitar 1,6 persen.
"Inflasi kita 4,94 persen dan kontribusi energi dalam inflasi ini 1,6 persen. Karena sektor transportasi ini pergerakannya cukup sangat pesat," katanya.
Baca Juga: Konsumsi Pertalite di Sumbar Mencapai 76 Persen
Kuota BBM Bersubsidi Diperkirakan Jebol
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memprediksi kuota BBM bersubsidi jenis Pertalite akan tetap bakal melebihi kuota tahun ini yang sebesar 23 juta kiloliter (KL).
"Kemungkinan akan tetap lebih dari 23 juta KL, saya nggak tahu jadi berapa soalnya pembatasannya belum tahu seperti apa," kata Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (23/8/2022).
Kondisi ini pun dipastikan akan membuat anggaran subsidi energi dan kompensasi yang sebesar Rp502,4 triliun bakal membengkak.
Berdasarkan perhitungan Kementerian ESDM, volume Pertalite diperkirakan akan jebol dari 23 juta KL menjadi 29 juta KL, jika tidak ada pengendalian konsumsi.
Jika tidak ada kenaikan harga BBM, anggaran subsidi diperkirakan akan bertambah lagi Rp 198 triliun.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- 5 Link DANA Kaget Terbaru Bernilai Rp 434 Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan!
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
RDN BCA Dibobol Rp 70 Miliar, OJK Akui Ada Potensi Sistemik
-
ESDM Pastikan Revisi UU Migas Dorong Investasi Baru dan Pengelolaan Energi yang Berkelanjutan
-
Penyaluran Pupuk Subsidi Diingatkan Harus Sesuai HET, Jika Langgar Kios Kena Sanksi
-
Tak Mau Nanggung Beban, Purbaya Serahkan Utang Kereta Cepat ke Danantara
-
Modal Asing Rp 6,43 Triliun Masuk Deras ke Dalam Negeri Pada Pekan Ini, Paling Banyak ke SBN
-
Pertamina Beberkan Hasil Penggunaan AI dalam Penyaluran BBM Subsidi
-
Keluarkan Rp 176,95 Miliar, Aneka Tambang (ANTM) Ungkap Hasil Eksplorasi Tambang Emas Hingga Bauksit
-
Emiten PPRO Ubah Hunian Jadi Lifestyle Hub, Strategi Baru Genjot Pendapatan Berulang
-
Penumpang Kereta Api Tembus 369 Juta Hingga September 2025
-
Petrindo Akuisisi GDI, Siapkan Rp 10 Triliun untuk Bangun Pembangkit Listrik 680 MW di Halmahera