Untuk itu, Gufron menyarankan UMKM yang ingin naik kelas bisa mulai dengan menyasar pasar menengah ke bawah karena belanja modal yang lebih kecil dibandingkan langsung ke pasar kelas menengah ke atas. Pasalnya, kelas menengah ke atas sangat menuntut branding, kebersihan dan lokasi yang luas sehingga butuh biaya yang lebih besar.
Toko pertama HAUS!, katanya, berlokasi di daerah Kemanggisan, di dekat kampus Binus dengan luas hanya 4x3 meter. Biaya sewa saat itu hanya Rp4 juta sebulan atau setara dengan Rp48 juta sebulan. Dengan modal minim, HAUS mulai berjalan.
“Setelah bisnis berjalan, saatnya melebarkan sayap ke pasar menengah ke atas. Dari toko 3x4 meter, sekarang 5x15 meter dengan AC, TV, serta tampilan yang lebih bersih dengan alat yang lebih modern. Soalnya, hal yang paling penting buat pasar menengah ke atas ialah kebersihan. Itu terwujud setelah HAUS! berdiri selama dua tahun,” jelasnya.
Gufron menuturkan tips selanjutnya ialah ketika mendapatkan keuntungan, UMKM harus menginvestasikan lagi untuk mengembangkan usaha. HAUS!, misalnya, terus melakukan investasi karena berdasarkan riset, pasar minuman Boba tumbuh 8% per tahun.
Untuk itu, menurutnya, bagi UMKM yang hendak naik kelas, tips selanjutnya ialah jangan memilih produk yang kita sukai, tetapi produk yang memiliki pertumbuhan bagus karena sesuai dengan selera pasar.
Gufron menambahkan, hal penting lainnya ialah tidak harus menyasar ke segmen kelas atas atau menengah. Jauh lebih penting ialah menjadi juara di kelas masing-masing. Dengan kata lain, yang lebih penting ialah bagaimana membesarkan usaha kita.
“Dari yang tadi tidak punya pembukuan, mulai tertib. Dari yang tadi tidak punya branding, cuma jual barang, sekarang sudah punya brand dikenal orang karena tiap segmen itu sama seksinya,” paparnya.
Gufron menambahkan, seiring waktu, dengan dana yang lebih besar, kepercayaan mulai muncul. HAUS! pun kemudian naik kelas tanpa meninggalkan market menengah ke bawah yang cukup besar. Ketika naik kelas, UMKM juga perlu menyediakan anggaran marketing sekitar 5% dari omset untuk membangun kesadaran secara online dan offline.
“Yang penting juga ialah tim atau organisasi. Saya mencoba mapping kekuatan dan kelemahan saya, sehingga merekrut orang yang punya kelebihan. Saya bikin tim, walaupun ada yang harus dibagi tapi itu tidak masalah karena usaha juga berkembang,” tutupnya.
Baca Juga: Sosialisasikan Perda, Garinca Dorong Kebangkitan UMKM Lamtim
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Kekayaan Ridwan Kamil dan Atalia Praratya yang Dikabarkan Cerai
-
Merger BUMN Karya Tuntas Awal 2026, BP BUMN Ungkap Update Terkini
-
Target Harga BUMI di Tengah Aksi Jual Saham Jelang Tahun Baru
-
HET Beras Mau Dihapus
-
Dana Jaminan Reklamasi 2025 Tembus Rp35 Triliun, Syarat Wajib Sebelum Operasi!
-
Harga Beras Bakal Makin Murah, Stoknya Melimpah di 2026
-
DJP Blokir 33 Rekening Bank hingga Sita Tanah 10 Hektare ke Konglomerat Penunggak Pajak
-
Emiten TRON Perkuat Bisnis Kendaraan Listrik, Jajaki Pengadaan 2.000 Unit EV
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
DJP Kemenkeu Kantongi Rp 3,6 Triliun dari Konglomerat Penunggak Pajak