Suara.com - Walau penggunaan masker berperan penting dalam pencegahan penyebaran Covid-19, peningkatan jumlah limbah masker yang tidak dapat terurai meningkatkan kekhawatiran global akan dampaknya terhadap ekosistem darat dan laut.
Hasil riset Institut Teknologi Bandung tahun 2021 menunjukkan estimasi jumlah limbah masker yang berasal dari sampah rumah tangga di Bandung mencapai 3,89 ton per hari atau setara dengan 1.421,44 ton per tahun.
Kimberly-Clark Softex mengumumkan kerja sama strategis dengan komunitas jasa pengelolaan sampah, yaitu Bank Sampah Bersinar (BSB) untuk pengelolaan limbah masker, dan telah mendaur ulang 979 kg limbah masker menjadi minyak mentah selama delapan bulan terakhir.
“Sebagai salah satu pemimpin produsen produk perawatan pribadi di Indonesia, kami berusaha untuk terus menghasilkan produk berkualitas tinggi guna membantu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan meninggalkan jejak lingkungan seminimal mungkin. Kami bertujuan untuk membawa dampak yang besar bagi masyarakat dan berfokus pada pembangunan berkelanjutan. Program ini merupakan salah satu upaya kami sebagai produsen masker melalui brand Softies untuk menciptakan planet yang lebih baik dengan mendaur ulang limbah produk kami,” jelas Kadir Gunduz, Presiden Direktur Kimberly-Clark Softex, mengutip keterangan tertulis.
Lebih lanjut dikatakan bahwa jika Bandung dapat mendaur ulang 100% masker bekas pakai, limbah ini dapat diubah menjadi 970 kg minyak mentah per hari atau lebih dari 354 ton per tahun – cukup untuk menggantikan 0,220% dari total konsumsi bahan bakar minyak di Bandung sebagai kota metropolitan.
Setiap 4 kg sampah dapat didaur ulang menjadi 0.5 kg minyak mentah yang kemudian dapat diproses menjadi bensin atau diesel nabati (green gasoline and diesel).
Hasil riset dari Universitas Semarang menunjukkan total rata-rata kebutuhan bahan bakar minyak pada kota metropolitan mencapai 455.382 kilo liter per tahun.
Sebelum ini, Kimberly-Clark Softex juga telah menjalankan inisiatif pengelolaan limbah popok. Perusahaan mendaur ulang lebih dari 150-metrik ton limbah popok menjadi Refused Plastic Fuel (RFP), pupuk, bata ringan, minyak mentah, kertas, dan berbagai kerajinan tangan.
Baca Juga: Ratusan Petugas TPST Bantargebang Terpapar Covid, Benarkah Limbah Masker Tularkan Virus?
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
PLN Jamin Ketersediaan SPKLU demi Kenyamanan Pengguna Kendaraan Listrik Sepanjang Nataru
-
Kapitalisasi DRX Token Tembus Rp2,4 Triliun, Proyek Kripto Lokal Siap Go Global
-
Saham Emiten Keluarga Bakrie Mulai Bangkit dari Kubur
-
Eks Tim Mawar Untung Budiharto Kini Bos Baru Antam
-
Sempat Rusak Karena Banjir, Jasa Marga Jamin Tol Trans Sumatera Tetap Beroperasi
-
Banyak Materai Palsu di E-Commerce, Pos Indonesia Lakukah Hal Ini
-
Mendag Dorong Pembentukan Indonesia Belarus Business Council
-
Tekanan Jual Dorong IHSG Merosot ke Level 8.649 Hari Ini
-
Bank Mega Syariah Luncurkan Program untuk Tingkatkan Frekuensi Transaksi
-
Pertemuan Tertutup, Prabowo dan Dasco Susun Strategi Amankan Ekonomi 2025 dan Pulihkan Sumatera