Suara.com - Mie sagu memiliki potensi dan peluang usaha yang besar saat ini, bahan baku mudah didapatkan karena kami produksi di daerah sendiri, Kab Meranti. Mie sagu ini, selain menjadi makanan khas kab meranti, juga sebagai oleh-oleh khas daerah.
"Ini menjadi alasan kami mengembangkan usaha mie sagu. Karena itu, butuh terus dukungan dari pemerintah, menggalakkan produk olahan sagu sebagai alternatif tepung terigu sehingga sagu bisa dimaksimalkan untuk sumber pangan nasional, dimana salah satu olahan sagu yang mudah dipasarkan adalah mie sagu," ungkap Henny, Pengusaha Mie Sagu KUBE Rumbia Lestari.
Henny mulai mengembangkan usaha sagu mie, KUBE Rumbia Lestari sejak tahun 2018 dengan beranggotakan 5 orang dan respon masyarakat sangat tinggi.
“Salah satu upaya yang kami lakukan untuk mengembangkan usaha mie sagu ini, promosi melalui media sosial dan mengikuti berbagai event atau pameran yang diadakan pemerintah ataupun swasta,” ungkapnya.
“Penjualan mie sagu (basah) kami saat ini masih di dalam daerah, dijual dengan harga Rp.3.500/bungkus dengan berat 350 gr,” katanya.
Henny menambahkan, Mengingat kesadaran masyarakat akan makanan sehat semakin tinggi kami ikut membantu menyediakan mie sehat berbahan baku sagu. Untuk generasi muda milenial agar semakin giat mensosialisasikan kesadaran makanan sehat dan meningkatkan semangat berwira usaha khususnya pengembangan dan pemasaran mie sagu yang saat ini belum banyak pemainnya. Ini peluang besar dan akan sangat menguntungkan.
“Harapan saya, mari bersama bersinergi, antara petani pengolah sagu, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, agar harga bahan baku bisa stabil dan sesuai, serta harga jual sagu mie bisa berkompetisi dengan mie instan lainnya,” harap henny.
Ia meminta, Peran aktif pemerintah untuk semakin gencar mempromosikan mie sagu yang sehat ini kepada seluruh lapisan masyarakat agar pasarnya semakin terbuka luas dan memberikan dukungan atau motivasi dengan berbagai fasilitas kemudahan seperti perizinan usaha dan lain-lain kepada para pengusaha mie sagu dari hulu sampai hilirnya.
Pengusaha Mie Sagu lainnya, Kelompok Tani Rimbo Bujang, beranggota 25 orang, sejak tahun 2016 hingga kini terus konsisten mengembangkan sagu. Ia juga menganggap kalau mie sagu lebih aman dikonsumsi dalam jangka panjang karena tidak menggunakan bahan pengawet dan kandungan glikemiknya cukup rendah ditambah lagi kesadaran masyarakat untuk lebih memilih makanan yang sehat semakin meningkat.
Baca Juga: Mentan SYL Dorong Papua Barat Jadi Penghasil Sagu Berkualitas
"Kami gencar sosialisasi di media online maupun di toko-toko atau agen penjualan online, melakukan kerja sama dengan dinas pangan dan terkait setempat untuk ikut program-program promosi pangan sehat serta membagikan sample (tester) maupun leaflet atau brosur pada event-event tersebut. Saat ini pasar terbanyak baru untuk dalam negeri, tetapi beberapa waktu lalu juga sempat tembus ke pasar luar negeri diantaranya Jepang, Belanda, meski jumlahnya belum banyak karena baru taraf promosi pengenalan,” kata Praptini, Ketua Kelompok Tani Rimbo Bujang, dan pemilik Toko Sagu Kite.
Ia menjelaskan, Harga mie siap saji miliknya untuk dalam negeri rata-rata dibandrol harga sebesar Rp. 16.000,- hingga Rp. 18.000,- belum ongkir (Perangkau Meranti-Riau), sedangkan untuk ekspor diharga rata-rata Rp. 25.000,- sedangkan untuk mie sagu untuk diolah lagi seharga Rp. 8.000,- (500 gr) sampai Rp. 10.000,-, dimana baru untuk memenuhi pasar dalam negeri karena tidak menggunakan bahan pengawet.
Mie sagu setengah jadi (bukan mie instan siap seduh) rata-rata dibuat oleh kelompok tani dibawah pembinaan Dinas UMKM dan Dinas Pertanian.
Pada kesempatan yang berbeda, Andi Nur Alam Syah, Dirjen Perkebunan, Kementan mengatakan, Pemerintah tentunya hadir membantu petani dan pelaku usaha perkebunan, melakukan pembinaan dan terus mendorong peningkatan nilai tambah produk, dan berinovasi untuk pengembangannya.
Potensi sagu Indonesia yang besar ini dapat menjadi solusi atau menjawab tantangan krisis pangan dunia. Dalam pengembangan sagu harus memberdayakan petani lokal dan memperhatikan positioning serta memperbaiki kemasan produk agar dapat bersaing dipasar domestik dan internasional.
Tidak kalah penting, perlunya penguatan pasar melalui e-commerce serta pengembangan produk turunannya dengan varian rasa olahannya. Diharapkan sagu kedepannya dapat dikembangkan secara luas, dengan dukungan anggaran yang lebih memadai dan melibatkan banyak stakeholders agar produk sagu Indonesia semakin dikenal dunia dan petani Indonesia sejahtera.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
Terkini
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Bank Indonesia Salurkan Likuiditas Rp393 Triliun, Bank Asing Juga Kecipratan
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
-
Harga Emas Turun Lagi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Melemah, Antam 'Hilang' di Pegadaian
-
Tabungan Masyarakat Indonesia di Bank Mandiri Tembus Rp 1.884 Triliun
-
Pemutihan BI Checking Bagi KPR Rumah Subsidi, Kapan Direalisasikan?
-
BMRI Kuartal III: Kredit Korporasi Melesat, Kualitas Aset Solid, Dividen Menggoda
-
5 Fakta Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan, Benarkah Iuran Jadi Gratis?
-
Hingga September BP Batam Sedot Investasi Rp54,7 Triliun
-
Bank Mandiri Klaim Sudah Salurkan Rp40,7 T Dana Menkeu Purbaya