Suara.com - Manajemen PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dinilai belum mampu mangatur tata kelola keuangan. Hal ini dibuktikan dengan modal kerja (working capital) yang pada kondisi negatif.
Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma menganalisis, kondisi seperti ini biasa terjadi akibat tata kelola keuangan yang kurang baik, salah satunya dalam mengatur pengeluaran dana operasional yang berlebihan tanpa perhitungan yang matang.
"Bisa saja perseroan sudah membeli sejumlah inventory untuk pengembangan proyek misalnya, tapi ternyata proyeknya belum berjalan optimal atau belum dapat menghasilkan income, nah ini jadi duit mati istilahnya," ujarnya kepada wartawan yang dikutip, Selasa (30/5/2023).
Melalui prospektusnya, PGEO menyampaikan bahwa pendanaan seluruh kegiatan operasional perseroan mendapat dukungan finansial dari induk usahanya, yakni Pertamina. Namun, Suria berpendapat bahwa kondisi ini juga tidak sepenuhnya ideal.
"Ya kalau diklaim ditanggung atau disubsidi oleh holding-nya, ini juga bukan posisi yang ideal karena bisa menggerus Pertamina juga," jelas dia.
Lebih lanjut Suria menegaskan, kondisi modal kerja negatif ini mempunyai risiko yang besar jika berlangsung dalam jangka waktu yang panjang.
"Jika ini terjadi terus menerus, akhirnya perseroan harus tutup lubang gali lubang melalui berbagai macam instrumen pendanaan," kata dia.
Bahkan Suria khawatir kalau kondisi ini dapat menjadi sinyal buruk bagi kinerja saham perseroan, terlebih bagi rencana penawaran umum perdana saham (IPO) anak usaha Pertamina lainnya dalam waktu dekat ini.
Sebab, lanjut Suria, kinerja PGEO saat ini saja belum dapat optimal menilik harga sahamnya yang masih berada di bawah harga IPO. Padahal, kapitalisasi pasar perseroan saat ini jauh berada di bawah subholding upstream tersebut.
Baca Juga: PGEO Terbitkan Obligasi Buat Bayar Utang, Begini Kata Analis
"Kalau lihat kondisi saham PGEO saat ini bisa memberikan sentimen negatif untuk saham PHE nanti saat mau IPO. Istilahnya kan size yang lebih kecil saja harganya turun, apalagi dengan size yang yang lebih besar. Jual satu ayam saja harganya turun, apalagi mau jual ayam satu kandang? Kan lebih susah jualnya," imbuh dia.
Sebelumnya, Corporate Secretary PGEO, Kitty Andhora menyebut, fundamental perseroan cukup solid untuk menjalankan bisnis dengan operasional yang kuat dan profitabilitas berkelanjutan.
Dia melanjutkan, fundamental tersebut diturunkan melalui strategi bisnis yang unggul, optimalisasi wilayah kerja panas bumi (WKP) yang ada, pengembangan area baru, dan perluasan value chain panas bumi.
"Sehingga PGE memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan termasuk membayar utang," pungkas Kitty.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
Terkini
-
Program MBG Jadi Contoh Reformasi Cepat, Airlangga Pamerkan ke OECD
-
Bantuan Logistik Rp600 Juta Mengalir ke Wilayah Terdampak Banjir di Sumatra
-
Kisah Muhammad Yusuf, AgenBRILink Sebatik yang Permudah Akses Keuangan Masyarakat Perbatasan
-
Meski Ada Israel, Airlangga Ngotot Indonesia Tetap Masuk Keanggotaan OECD
-
Harga Minyak Menguat Lagi: AS Bersiap Tambah Pencegatan Kapal Tanker Venezuela
-
Cara Mendapatkan Promo Shopee 12.12, Trik Jitu Biar Gak Kehabisan Diskon
-
Harga Tiket Pesawat Meroket Meski Pemerintah Bilang Ada Diskon Nataru, Apa yang Terjadi?
-
Progres Pemulihan Listrik Pasca-Bencana: Aceh 33 Persen
-
OJK Proses Izin Dua Calon Lembaga Bursa Aset Kripto, Siapa Saja?
-
Diminta OJK Perbanyak Porsi, Proyeksi Keuangan Hijau Bakal Naik pada 2026